Jakarta ( Humas MIN 17 Kepulauan Seribu) --- Suasana ruang kelas di tiga pulau kecil di Kepulauan Seribu mendadak berbeda. Deretan komputer yang biasanya digunakan untuk belajar sehari-hari, hari itu berubah menjadi "arena lomba" sains nasional. Sebanyak 48 siswa dan 6 guru MIN 17 Kepulauan Seribu duduk serius di depan layar, mengikuti Merdeka Science Competition (MSC) 2025 secara daring. Minggu, (31/8/2025).
Di MIN 17 Kepulauan Seribu Kampus A Pulau Tidung, ada 13 siswa yang sejak pagi tampak antusias mengenakan seragam rapi. Di MIN 17 Kepulauan Seribu Kampus B di Pulau Panggang, 9 siswa tak kalah semangat, meski sambil berjuang melawan koneksi internet yang sesekali tersendat. Sementara itu, 20 siswa dari MIN 17 Kepulauan Seribu kampus C di Pulau Kelapa berbaris di ruang kelas mereka, siap menaklukkan soal Matematika, IPA, IPS, hingga Literasi. Tak ketinggalan, 6 guru juga ikut duduk sejajar dengan para muridnya membuktikan bahwa belajar dan berkompetisi bukan hanya milik anak-anak muda.
Setiap mata pelajaran diberi waktu satu jam, dengan jadwal maraton sejak pukul 10.00 hingga 16.00 WIB. Sesekali wajah tegang terlihat ketika soal demi soal muncul di layar. Namun begitu bel tanda selesai berbunyi, senyum lega dan tawa kecil pun terdengar, menandakan satu babak sudah terlewati.
Kepala MIN 17 Kepulauan Seribu, Bahtiaroni, yang ikut mengawasi jalannya lomba, tampak bangga dengan anak-anak didiknya. “Kami sangat bangga, meskipun berada di wilayah kepulauan dengan segala keterbatasan fasilitas, anak-anak tetap antusias dan berani bersaing di tingkat nasional. Ini bukti bahwa semangat belajar mereka tidak kalah dengan sekolah-sekolah di kota besar,” tuturnya dengan mata berbinar.
Bagi sebagian siswa, ini adalah pengalaman pertama mengikuti lomba berskala nasional. Rasa gugup bercampur penasaran jadi warna tersendiri. Bahkan ada yang mengaku sempat berdoa lebih lama sebelum duduk di depan komputer. Bagi mereka, bukan hanya soal medali yang penting, tetapi keberanian untuk mencoba.
Meski lomba ini berlangsung secara online, nuansa kompetitif tetap terasa kental di ruang-ruang kelas itu. Beberapa siswa terlihat menunduk lama, berpikir keras di depan layar, sementara yang lain sesekali mengetuk-ngetuk meja kecil mereka, mencari inspirasi jawaban. Suara kipas komputer yang berdengung seolah menjadi musik latar perjuangan mereka siang itu.
Pada akhirnya, apapun hasil yang diumumkan dua hari kemudian, pengalaman ini sudah menjadi kemenangan tersendiri. Dari ujung laut Jakarta, anak-anak Kepulauan Seribu membuktikan bahwa semangat sains mampu melintasi pulau, menembus batas, dan menyatukan langkah menuju masa depan yang lebih cerah. (j)