Artikel

Kebaikan Sempurna Di Balik Banjir dan Corona

blog

Illustrasi Foto (Kemenag RI DKI Jakarta)

Beberapa hari yang lalu, tepatnya 25 Februari 2020, banjir melanda kota Jakarta. Banjir yang terjadi mulai dini hari itu terjadi akibat hujan yang turun mulai malam hingga pagi hari. Sebenarnya ini adalah banjir yang kedua kalinya di awal tahun 2020. Sebelumnya banjir terjadi malam pergantian tahun.

Dalam banjir kali ini ini cukup membuat aktivitas masyarakat di berbagai bidang terganggu, seperti sebanyak 375 sekolah di DKI Jakarta diliburkan (*data)

Hal ini terjadi beberapa kemungkinan. Pertama, banyak rumah siswa kebanjiran, sehingga tidak memungkinkan mereka dapat hadir. Kedua, gedung sekolah yang terendam air, sehingga tidak dimungkinkan untuk siswa dan guru melakukan aktivitas belajar-mengajar.

Selang dua hari, 27 Februari 2020 Kedutaan Besar Republik Indonesia merilis maklumat yang dikeluarkan oleh Kementerian Luar Negeri Kerajaan Arab Saudi tentang penghentian sementara warga negara asing masuk ke Kerajaan Arab Saudi dalam rangka ibadah umroh dan ziarah Masjid Nabawi. Yaitu terkait salah satu langkah menangkal masuk dan penyebaran Virus Corona (COVID-19) ke wilayah Kerajaan Arab Saudi.

Oleh karena itu dapat dipetik pembelajaran bahwa, Banjir dan Corona adalah bencana yang mengandung banyak pelajaran dimana kedua bencana itu menyadarkan kita bahwa semua itu dapat terjadi karena kuasa Allah SWT.

Berkaitan dengan segala amal kebaikan yang tertunda, Allah SWT memiliki kelembutan yang Maha Sempurna dan memberikan kompensasi atas tertundanya segala amal kebaikan itu.

Dalam Hadits yang diriwayatkan oleh Muslim, Nabi Muhammad SAW bersabda:

“Sesungguhnya Allah menulis kebaikan-kebaikan dan kesalahan-kesalahan kemudian menjelaskannya. Barangsiapa berniat melakukan kebaikan namun dia tidak (jadi) melakukannya, Allah tetap menuliskannya sebagai satu kebaikan sempurna di sisi-Nya. Jika ia berniat berbuat kebaikan kemudian mengerjakannya, maka Allah menulisnya di sisi-Nya sebagai sepuluh kebaikan hingga tujuh ratus kali lipat sampai kelipatan yang banyak. Barangsiapa berniat berbuat buruk namun dia tidak jadi melakukannya, maka Allah menulisnya di sisi-Nya sebagai satu kebaikan yang sempurna. Dan barangsiapa berniat berbuat kesalahan kemudian mengerjakannya, maka Allah menuliskannya sebagai satu kesalahan”. (HR. Al Bukhari dan Muslim)

Mengenai Hadist tersebut mengisyaratkan tentang perhatian Allah SWT terhadap amal kebaikan yang dilakukan oleh hamba-Nya. Jika hamba-Nya telah berniat untuk melakukan suatu kebaikan tetapi tidak terlaksana, maka Allah SWT tetap menghitungnya sebagai satu kebaikan yang sempurna. Tak satu pun amalan sang hamba yang disia-siakan-Nya. Bahkan ketika amalan itu masih "berwujud" niat.

Oleh karena itu, mengikrarkan niat untuk berbuat baik dan bertekad kuat mewujudkan amatlah penting. Niat itu mungkin bisa saja tertunda atau batal kita lakukan. Namun satu hal yang harus diyakini adalah Allah SWT tidak pernah menunda kebaikan untuk hamba-Nya.

Setidaknya, jika esok tak pernah datang atau mentari terbit dari ufuk barat, niat baik kita sudah tertulis rapi sebagai kebaikan yang sempurna di sisi Allah SWT.

Wallahu Alam Bisshowab.

 

Oleh: Yetti Muryati Tanjung.

(Guru MTSN 34 Jakarta)

Terkait