Satu hal lagi yang menjadi unggulan layanan haji oleh Pemerintah Saudi, yaitu pelayanan jamaah yang berbasis syarikah. Layanan ini sebenarnya sudah diperkenalkan beberpa tahun sebelumnya, terutama dalam melayani jamaah haji khusus. Hanya saja tahun ini begitu terasa dampaknya, karena dengan segala konsekuensinya kita mengambil multi syarikah, yaitu 8 syarikah.
Transformasi layanan berbasis syarikah ini sudah sangat terasa dampaknya bahkan sejak jamaah masih di tanah air. Dalam penertiban pra manifest penerbangan diupayakan untuk satu syarikah, one kloter one syarikah. Pada praktiknya memang ini tidak mudah karena kita sudah terlanjur melakukan request visa dengan model bisnis as usual, yang penting diusulkan nanti manifest bisa diubah. Padahal nyatanya pra manifest yg sdh disampaikan itulah yg menjadi basis data layanan syarikah. Inilah yang membuat adanya keterpisahan jamaah kloter di tahapan berikutnya sesampainya jamaah tiba di Arab Saudi.
Transformasi layanan haji berbasis syarikah ini telah menjadi komitmen Pemerintah Saudi untuk memberikan pelayanan yang lebih profesional kepada jamaah. Hal yang sangat penting adalah kesigapan kita dalam menyesuaikan dengan kebijakan Pemerintah Saudi yang sangat progressif ini. Berbagai mitigasi juga harus terus dilakukan sejak awal sehingga berbagai antisipasi dapat dilakukan.
Patut diapresiasi di sini kesigapan para petugas haji di lapangan yang tidak mengenal lelah memberikan layanan jamaah, baik petugas kloter, sektor maupun daker.
Kami melihat para petugas itu bekerja all out 24 jam, bahkan mereka tidak sempat untuk sekedar berganti pakaian.
Respon jamaah mayoritas sangat positif terhadap para petugas kita, "tenang rasanya hati kami ketika melihat baju biru". Demikian ungkapan jamaah secara spontan terhadap para petugas haji yang tahun ini yang memang pakai seragam biru gemoy.
Penulis : Dr.H.Adib, M.Ag (Kepala Kanwil Kemenag DKI)