Opini

Jamaah Haji Indonesia Jamaah Tangguh

Selasa, 17 Juni 2025
blog

Dari tahun ke tahun perhelatan haji memiliki dinamikanya tersendiri. Setiap tahun haji diselenggarakan tapi tiap tahun juga ada saja masalahnya. Ya memang karena jamaahnya juga ganti-ganti. Selain itu pelaksanaan haji juga sangat bergantung pada kebijakan Pemerintah Arab Saudi sebagai otoritas tunggal penyelenggaraan ibadah haji yang terus mengalami perubahan dan transformasi setiap tahunnya. Beruntunglah jamaah haji Indonesia sebagai jamaah tangguh menghadapi berbagai perubahan. Mereka pada umumnya telah memiliki keyakinan sebagai tamu Allah, dengan penuh ketulusan dan keikhlasan dapat menghadapi berbagai tantangan dan dinamikanya.


Suatu ketika kami sedang memantau situasi di Jamarot tiba-tiba dipanggil salah seorang petugas kesehatan yang berjaga di pos kesehatan Arab Saudi di seputar Jamarot. Dia mengatakan ada beberapa jamaah haji Indonesia yang dirawat di sana karena sakit dan tersesat. Ada salah satu jamaah berasal dari Purwodadi Jawa Tengah usia 74 tahun yang duduk di depan Posko Kesehatan Saudi karena tertinggal dari rombongan. Tidak ada terbesit dari raut mukanya rasa cemas maupun gelisah, padahal dia tidak membawa smartphone atau alat komunikasi seperti pada umumnya masyarakat sekarang. Sedangkan kita saja sudah cukup tersiksa bahkan mungkin prustasi ketika tertinggal handphone atau kehabisan baterai tidak bisa berkomunikasi. Ketika ditanya mengapa beliau ada di sini, beliau menyampaikan terpisah dari jamaah lain saat lontar aqabah sampai ia berjalan dengan membawa rangsel yang berat sampai ke masjidil haram. Cerita beliau diantar oleh anak anak muda berseragam lengkap sekitar 15 orang tapi berbahasa Indonesia.

 

Kami tanya apakah mereka berseragam seperti petugas yang berwarna biru gemoy. Beliau mengatakan tidak, seragamnya lain katanya. Kami pun bergumam aneh siapa gerangan para pemuda berseragam itu. Beliau diantar dan didorong pakai kursi roda dari Masjidil Harom ke Jamarot sehingga sampailah beliau ada di situ sejak sebelum maghrib. Kami menemui kakek bersahaja ini sekitar pukul 23.00 WAS, dan tidak ada sedikitpun rasa cemas dan kekhawatiran pada dirinya, karena beliau berkeyakinan tamu Allah Swt akan mendapat pertolongan Allah Swt. Bisa saja para malaikat itu yang menolongnya sampai ke Jamarot dan bertemu dengan kami para petugas. Ketika kami berbincang beliau berangkat sendiri tanpa ada yang mendampingi. Istrinya sempat diminta mendaftar 13 tahun lalu tapi katanya tidak mau karena khawatir tidak cukup uangnya. Beliau punya tiga anak semuanya hafidh Quran, bahkan cucu-cucunya menghafal Al-Quran.


Itulah sekelumik kisah jamaah haji Indonesia yang tangguh menghadapi tantangan. Ini menjadi modal tersendiri untuk terus mendorong agar jamaah haji Indonesia makin mandiri dan tangguh, disertai dengan pelayanan haji yang makin optimal.[]

 

Penulis : Dr.H.Adib, M.Ag (Kepala Kanwil Kemenag DKI)

 

 

  • Tags:  

Terkait

Menu Aksesibilitas

Mode Suara

Ukuran Teks

Monokrom

Tandai Tautan

Tebalkan Huruf

Perbesar Kursor