Jakarta (Humas Kankemenag Jakarta Utara) — Kementerian Agama melalui Kantor Kemenag Kota Jakarta Utara terus mendorong implementasi Kurikulum Cinta sebagai pendekatan pendidikan yang menanamkan nilai kasih sayang, toleransi, dan perdamaian sejak dini.
Hal tersebut disampaikan oleh Kepala Kelompok Kerja Pengawas (Kapokjawas) Kankemenag Jakarta Utara, Sutikno, dalam kegiatan bimbingan teknis Deep Learning dan Kurikulum Cinta serta Bedah Rapor Pendidikan yang digelar di MTsN 5 Jakarta, Jumat (1/8/2025).
Sutikno menjelaskan bahwa Kurikulum Cinta merupakan produk asli Kementerian Agama yang mengangkat enam tema utama, yakni cinta kepada Allah, cinta kepada Rasul, cinta kepada diri sendiri, cinta kepada sesama, cinta kepada lingkungan, dan cinta kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
“Kurikulum Cinta ini akan diterapkan di empat titik strategis madrasah: dalam pembelajaran intrakurikuler di kelas, kegiatan ekstrakurikuler, iklim madrasah, serta dalam setiap kegiatan keagamaan,” ujar Sutikno.
Ia menambahkan bahwa Kurikulum Cinta bukan sekadar pendekatan emosional dalam pengajaran, melainkan sebuah kerangka holistik yang menyatukan aspek kognitif, afektif, dan spiritual dalam proses pendidikan.
“Meskipun para guru telah mengajar dengan penuh semangat dan kasih sayang, Kurikulum Cinta menekankan bahwa pendidikan bukan hanya soal materi pelajaran, tapi juga menumbuhkan rasa kemanusiaan dan kasih sayang dalam diri siswa,” jelasnya.
Sutikno menegaskan bahwa kurikulum madrasah saat ini masih mengacu pada Kurikulum Merdeka dengan pendekatan insersi tema. Oleh karena itu, semua mata pelajaran, termasuk matematika dan sains, diharapkan dapat dikaitkan dengan nilai-nilai cinta tersebut.
“Seringkali guru terlalu fokus pada konten pelajaran dan melupakan bahwa ilmu dan cinta adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Padahal, keduanya saling menguatkan,” lanjutnya.
Ia berharap agar Kurikulum Cinta dari Kemenag dan pendekatan Deep Learning dari Kemendikbud dapat diintegrasikan dalam satu sistem pembelajaran yang menyeluruh dan aplikatif di madrasah.
“Apapun materi pembelajarannya, casing-nya harus cinta,” pungkas Sutikno.