Berita

Gunawan dan Kursi Roda Menuju Tanah Suci: Sebuah Cerita di Balik Keberangkatan Kloter 46 JKG

blog

Jakarta (Humas Kankemenag Kota Jakarta Timur) — Langit senja memayungi Asrama Haji Pondok Gede ketika rombongan Jemaah Haji asal Kota Jakarta Timur dari Kelompok Terbang (Kloter) 46 JKG tiba di lokasi. Sebanyak 438 jemaah memasuki gerbang asrama dengan semangat dan harapan menunaikan ibadah haji, rukun Islam kelima yang didambakan umat Muslim sedunia.

 

Di tengah hiruk-pikuk persiapan keberangkatan dan keramaian proses administrasi, Kepala Kantor Kementerian Agama Kota Jakarta Timur, Zulkarnain, yang akrab disapa Bang Zul, kembali menjalankan tugas mulianya: melepas secara resmi para calon tamu Allah ke tanah suci. Penyerahan simbolis bendera Merah Putih kepada petugas PPIH, menjadi tanda dimulainya perjalanan spiritual yang sakral ini.

 

Namun ada satu momen berbeda sore itu. Saat Bang Zul berjalan berkeliling area asrama, matanya tertuju pada seorang pria paruh baya yang duduk tenang di atas kursi roda. Ia tampak seperti jemaah lainnya, berbaju putih, tenang, dan rapi. Tapi jika diperhatikan lebih saksama, pria itu ternyata adalah penyandang disabilitas netra. Namanya Gunawan.

 

Gunawan tidak sendiri. Ia didampingi kakak perempuannya, yang setia mengantar dan membimbingnya sejak awal proses pendaftaran hingga keberangkatan. Setelah bertahun-tahun menabung dan mempersiapkan diri secara lahir dan batin, Gunawan akhirnya mendapat kesempatan emas: berangkat ke tanah suci.

 

Zulkarnain pun menghampiri dan menyapa dengan ramah. Dalam obrolan singkat, Gunawan menceritakan betapa besar rasa syukurnya bisa berhaji, "Alhamdulillah pak, Kementerian Agama sangat membantu saya dari awal. Proses administrasinya lancar, informasinya juga jelas. Semua dipermudah," ujar Gunawan dengan senyum yang tulus, Selasa (20/05/2025).

 

Gunawan mengaku telah menyiapkan mental dan fisik untuk menjalankan seluruh rangkaian ibadah. Ia ingin membuktikan bahwa keterbatasan fisik tak menghalangi niat tulus dan kesungguhan hati menuju Baitullah, “Saya ingin melaksanakan semua rangkaian ibadah dengan maksimal. Ini impian saya sejak lama,” tambahnya.

 

Mendengar itu, Zulkarnain terdiam sejenak. Sorot matanya terlihat hangat. Ia membantu menyimpan dokumen Gunawan ke tas, lalu tanpa ragu mengambil alih kursi roda dan mendorongnya perlahan. Sembari berjalan, ia berpesan dengan nada lembut namun tegas, “Jaga kesehatan ya, jangan lupa makan dan minum air putih. Kalau ingin lancar beribadah, yang pertama dijaga adalah tubuh kita,” pesan Bang Zul.

 

Ia kemudian mengantar Gunawan hingga ke mobil ambulans yang akan membawanya ke penginapan di asrama. Ketika mobil mulai berjalan perlahan, Bang Zul menatap ke arah mobil sambil menggumam lirih, “Semoga ibadahnya lancar, menjadi haji yang mabrur, dan kembali ke tanah air dalam keadaan sehat,” ujarnya.

 

Sore itu, di antara ratusan calon jemaah dan keramaian Asrama Haji, kisah Gunawan menjadi pengingat bahwa haji bukan sekadar perjalanan fisik, tetapi perjalanan hati dan keyakinan. Keimanan bisa menggerakkan langkah, bahkan tanpa melihat arah. Dan di balik tiap kursi roda, ada kekuatan yang tak terlihat, kekuatan harapan dan doa yang tulus menuju rumah Allah.(Aws/Ea)

  • Tags:  

Terkait

Menu Aksesibilitas

Mode Suara

Ukuran Teks

Monokrom

Tandai Tautan

Tebalkan Huruf

Perbesar Kursor