Satu pekan usai pemerintah meniadakan kegiatan proses belajar mengajar di sekolah/madrasah karena pencegahan virus corona, tentu membawa banyak hal yang terjadi dan dirasakan baik oleh siswa, guru, dan orang tua siswa.
Dalam kondisi saat ini, tidak semua guru siap dengan keadaan sekarang. Biasanya sudah terbiasa dengan pembelajaran klasikal di ruang kelas yang cenderung monoton dari tahun tahun. Dan tiba-tiba harus melakukan lompatan budaya yang sangat tinggi untuk mengganti pembelajaran konvensional dengan pembelajaran ala milenial yang akrab dengan teknologi informasi.
Guru dengan kecakapan teknologi informasi yang rendah tentu merasa kelimpungan dengan pembelajaran jarak jauh, karena mereka harus menyesuaikan diri dengan model dan metode yang sungguh berbeda dari kebiasaannya. Guru pun harus mengadaptasi berbagai aplikasi pembelajaran daring dengan cepat untuk mencegah terjadinya kevakuman dalam pembelajaran, yaitu dengan bekerja dari rumah (work from home).
Hal yang sama juga dirasakan para orang tua siswa untuk menggantikan peran sekolah/madrasah dalam mengatur anak-anak mereka agar dapat belajar mandiri tanpa tatap muka langsung dengan guru. Sehingga ini menjadi tugas baru selain peran sebagai ibu rumah tangga.
Lalu bagaimana dengan siswa sendiri?
Pada Jum'at, 20 Maret 2020 Tim Humas mengadakan survey terhadap siswa MAN 21 Jakarta tentang pembelajaran jarak jauh yang telah mereka jalani selama sepekan.
Menurut survey online dengan aplikasi google form telah menjaring responden sebanyak 307 orang siswa atau 57,92 persen dari keseluruhan siswa menghasilkan siswa perempuan menjadi jumlah mayoritas yang merespon dengan 69,71 persen, sedangkan selebihnya adalah siswa laki-laki. Sedangkan kelas 10 terbanyak dalam memberikan jawaban dengan 36,5% disusul kelas 11 sebesar 35,5% dan kelas 12 sebesar 28,00%.
Dalam survey itu menanyakan kepada siswa tentang cara belajar apa yang mereka sukai. Tatap muka langsung dengan guru, pembelajaran jarak jauh dengan daring (online), atau tatap muka dengan guru dan online.
Hasil survey membuktikan bahwa 67,10 persen siswa menghendaki cara pembelajaran tatap muka langsung dengan guru di kelas. Sedangkan sebanyak 20,52 persen yang lainnya menginginkan cara pembelajaran tatap muka langsung dan online. Dan sisanya 12,38 persen menginginkan belajar via online saja.
Beragam alasan dikemukakan siswa tentang pilihan jawaban mereka. Seperti takut tertular virus corona menjadi salah satu alasan siswa suka dengan cara belajar jarak jauh. Namun secara umum siswa memilih belajar online karena lebih suka mengerjakan tugas. Ada juga yang berpendapat bahwa belajar melalui online siswa bisa belajar sesuai dengan porsinya masing-masing dan senyaman nyamannya.
Sedangkan responden yang memilih pembelajaran tatap muka langsung dengan guru beralasan bahwa berinteraksi dengan guru adalah sesuatu yang sangat berharga dan sangat bernilai harganya. Terlebih, melalui interaksi itu pula, seorang guru bisa memberikan saran dan koreksi kepada siswanya.
Dengan tatap muka siswa mudah memahami pelajaran dan bisa langsung mendapat umpan balik dari guru, sedangkan dengan online siswa susah memahami materi pelajaran apalagi sebagian besar guru hanya memberikan tugas tanpa panduan atau tutorial.
Belajar tanpa guru memang bisa. Namun, belajar langsung dengan para guru hebat, tentu sangat berbeda hasilnya. /das/tami.