Jakarta [Humas Kankemenag Jakarta Utara] --- Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Buddha Kementerian Agama Republik Indonesia akan menggelar kegiatan Pembacaan Kitab Suci 423 Syair Dhammapada secara serentak Nasional oleh 2569 Peserta Vesakha Sananda 2025 yang berpusat di Auditorium H.M Rasjidi pada tanggal 15 Juni 2025 mulai pukul 07.30 s.d 17.30 WIB. Rabu, (11/5/2025).
Dhammapada adalah kitab suci Buddha yang berisi ajaran-ajaran Buddha tentang etika, moralitas, dan spiritualitas. Pembacaan kitab suci Dhammapada dapat memberikan manfaat besar bagi pembacanya seperti peningkatan kesadaran, refleksi diri, ketenangan batin dan sebagainya. Banyak orang Buddha yang membaca Dhammapada sebagai bagian dari praktik spiritual mereka untuk meningkatkan pemahaman dan kesadaran akan ajaran Buddha.
Penyelenggara Buddha Kankemenag Kota Jakarta Utara, Mugiyanto saat dimintai keterangan oleh tim Humas menyebutkan bahwa pembacaan kitab suci Dhammapada secara serentak yang direncanakan dicatat oleh Museum Rekor Indonesia (MURI) nanti ini tak ubahnya seperti khataman qur'an dalam ajaran Islam. Hanya saja, kitab Dhammapada terdiri dari 26 bab yang berisi 423 syair dari sang Buddha.
"Kita akan membaca kitab itu secara serentak dari Aceh sampai Papua di Vihara masing-masing atau titik lokasi yang telah ditunjuk oleh Pembimas Buddha," kata Mugiyanto.
Kegiatan ini diharapkan oleh Mugiyanto dapat meningkatkan pemahaman dan penghayatan umat terhadap ajaran Buddha sekaligus memperkuat literasi keagamaan yang moderat dan inklusif di Indonesia serta menjaga dan mengembangkan nilai-nilai luhur agama di tengah masyarakat yang plural.
"Selain untuk pendalaman dan peningkatan iman, pembacaan kitab Dhammapada secara serentak ini untuk merekatkan kerukunan internal dan pengenalan kitab terhadap anak didik," imbuh Mugiyanto.
Pembacaan kumpulan khutbah sang Buddha (suttapitaka) berupa syair-syair yang disebut oleh Mugiyanto merupakan bagian dari kitab suci Tripitaka Pali sebagaimana dilestarikan oleh Buddhisme Theravada. Kata Mugiyanto, kitab suci ini biasanya difahami oleh umat Buddha dari mazhab atau aliran Selatan.
"Bahasa kitab ini menggunakan bahasa palikanon (bahasa suci dan liturgi dalam agama Buddha Theravada) yang tentunya bisa difahami bagi umat yang mau sungguh-sungguh dan terbiasa membaca kitab ini," pungkasnya.