Berita

Penyuluh Agama Kemenag Serukan Perlindungan Anak dalam Kegiatan PKK Pulau Harapan

blog

Pulau Harapan, Jakarta (Humas Kepulauan Seribu) -- Penyuluh Agama Islam ASN Kantor Kementerian Agama Kabupaten Kepulauan Seribu, Doni Kuswandi Saputra, menyampaikan materi penyuluhan agama dalam kegiatan Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK) Kepulauan Seribu yang bertempat di Masjid Taqwa Al-Amin, Pulau Harapan, pada Rabu (06/08/2025).


Dalam penyampaiannya, Doni mengangkat tema KILAS (Keluarga Indonesia Lindungi Anak dari Kekerasan Seksual). Kegiatan ini dihadiri oleh Lurah Pulau Harapan dan Tim Verifikasi Lapangan Tingkat Provinsi, serta diikuti oleh kader PKK, tokoh masyarakat, dan para ibu rumah tangga.


Mengawali pemaparannya, Doni menyampaikan keprihatinan mendalam terhadap maraknya kasus kekerasan seksual terhadap anak yang kerap terjadi dalam lingkup yang tidak terduga.


“Hari ini, anak-anak kita menghadapi banyak ancaman. Bukan hanya dari orang asing, tapi kadang dari lingkungan terdekat bahkan dari rumah sendiri. Yang menyedihkan, banyak ibu tidak sadar bahwa anaknya sedang menjadi korban. Anak takut bicara, ibu tidak peka. Akhirnya, anak menanggung trauma seorang diri,” ujarnya.


Doni menekankan bahwa anak merupakan amanah besar dari Allah SWT, yang harus dijaga dan dilindungi secara sungguh-sungguh oleh orang tua. Ia mengutip firman Allah dalam Surah At-Tahrim ayat 6:


“Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka.”


“Ayat ini bukan hanya perintah spiritual, tapi juga peringatan agar kita menjaga keluarga dari segala bentuk keburukan, termasuk kejahatan seksual yang bisa menghancurkan masa depan anak,” tambahnya.


Doni kemudian memberikan beberapa kiat praktis kepada para peserta dalam rangka mencegah kekerasan seksual terhadap anak:


Pertama, ajarkan anak sejak dini tentang bagian tubuh yang tidak boleh disentuh orang lain. 


“Gunakan bahasa yang halus dan mudah dipahami. Misalnya: ‘Ini bagian rahasia. Hanya boleh disentuh sendiri atau sama ibu waktu mandi,’” jelasnya.


Kedua, bangun komunikasi yang terbuka dan hangat.


“Biasakan bertanya dengan lembut, misalnya: ‘Ada yang bikin kamu gak nyaman hari ini?’ Lalu dengarkan tanpa marah, tanpa menghakimi. Anak akan merasa aman untuk bercerita,” katanya.


Ketiga, pantau penggunaan gadget dan media sosial.


“Jangan biarkan anak bebas main HP tanpa pengawasan. Banyak predator seksual beraksi melalui internet. Kita harus bijak dan tegas dalam mengatur akses digital anak,” tegasnya.


Keempat, tanamkan nilai keimanan dan rasa malu.


“Ajak anak shalat, belajar mengaji, dan berbicara tentang aurat serta akhlak. Keimanan dan rasa malu adalah benteng pertama dari perbuatan buruk,” ungkapnya.


Tak hanya soal pencegahan, Doni juga membahas langkah-langkah yang harus diambil bila kekerasan seksual terhadap anak terjadi: 


“Pertama, percaya pada anak. Jangan pernah bilang ‘Ah, kamu bohong!’ Itu sangat menyakitkan dan membuat anak merasa tidak aman,” tegasnya.


“Kedua, lindungi anak, bukan pelaku. Kadang pelakunya adalah orang dekat, bahkan keluarga. Tapi kita tetap harus berpihak pada korban dan melaporkan pelaku,” lanjutnya.


“Ketiga, cari bantuan. Jangan diam. Segera hubungi tokoh agama, ustazah, bidan, psikolog, posyandu, atau langsung ke kepolisian dan Dinas Perlindungan Anak. Korban butuh pemulihan, bukan hanya fisik, tapi juga psikis,” pungkasnya.


Kegiatan ini mendapat respons positif dari peserta yang mengaku semakin terbuka wawasannya tentang pentingnya perlindungan anak dalam keluarga. Penyuluhan ini juga diharapkan dapat menjadi bekal bagi para ibu dalam membentuk lingkungan keluarga yang aman, penuh kasih sayang, dan bebas dari kekerasan seksual.

  • Tags:  

Terkait

Menu Aksesibilitas

Mode Suara

Ukuran Teks

Monokrom

Tandai Tautan

Tebalkan Huruf

Perbesar Kursor