Jakarta (Humas MIN 14 Jakarta) — Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) 14 Al-Azhar Asy-Syarif Jakarta menggelar kegiatan pembinaan guru dengan tema “Integrasi Aplikasi MAGIS, Deep Learning, dan Pendekatan Cinta dalam Kurikulum Merdeka”, pada Rabu (23/4/2025). Kegiatan ini berlangsung di ruang pertemuan lantai 2 gedung madrasah, diikuti oleh seluruh guru dan tenaga kependidikan, serta dihadiri oleh pengawas madrasah, Achmad Nasihi.
Kegiatan pembinaan yang digelar rutin setiap Rabu ini menjadi ajang penting untuk memperkuat sinergi antar pendidik dalam menyongsong transformasi pendidikan berbasis teknologi dan nilai-nilai kemanusiaan. Acara dimulai pukul 14.00 WIB dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya, kemudian dilanjutkan sambutan oleh Koordinator Kurikulum, Noor Cholis.
Dalam sambutannya, Noor Cholis menyoroti pentingnya persiapan menjelang pelaksanaan Ujian Madrasah (UM) yang akan berlangsung pada 28 April 2025.
“Ujian Madrasah menjadi tolak ukur kompetensi akhir siswa sekaligus sarana untuk mengevaluasi efektivitas proses pembelajaran. Kami berharap seluruh komponen madrasah dapat bersinergi untuk menyukseskannya,” ujarnya.
Acara kemudian dilanjutkan dengan pembacaan ayat suci Al-Qur’an oleh guru Muhammad Dahlan, yang menambah kekhusyukan suasana sebelum memasuki sesi utama pembinaan.
Dalam sesi inti, Achmad Nasihi menyampaikan sosialisasi tentang penerapan aplikasi MAGIS (Madrasah Digital Supervision), salah satu program unggulan Kementerian Agama RI dalam rangka digitalisasi tata kelola madrasah.
“Dengan MAGIS, semua data madrasah dikelola secara terintegrasi dan real-time, mulai dari kepegawaian, keuangan, akademik, hingga sarana prasarana. Ini langkah penting menuju madrasah digital,” jelasnya.
Selain MAGIS, pembinaan juga menyoroti pentingnya pendekatan deep learning dalam proses pembelajaran. Achmad menjelaskan bahwa deep learning bukan hanya soal pemanfaatan teknologi, tetapi juga upaya mendalam untuk mendorong siswa berpikir kritis, reflektif, dan solutif.
“Kurikulum Merdeka memberi ruang bagi guru untuk menjadi lebih kreatif dalam mendesain pembelajaran yang bermakna. Di sinilah pendekatan cinta menjadi relevan—karena pembelajaran yang menyentuh hati akan lebih membekas di pikiran,” tambahnya.
Ia menegaskan bahwa pendekatan cinta dalam pendidikan menekankan pentingnya membangun relasi positif antara guru dan siswa. Dengan suasana belajar yang penuh kasih, siswa akan lebih terlibat secara emosional dan termotivasi dalam proses belajar.
Kegiatan ini menjadi bukti komitmen MIN 14 Al-Azhar Asy-Syarif dalam mendukung transformasi pendidikan yang tidak hanya menekankan aspek teknologi dan inovasi, tetapi juga mengedepankan nilai-nilai spiritual, emosional, dan sosial yang esensial dalam pembentukan karakter peserta didik.