Berita

Mempertahankan Adagium ‘Orandum Est Ut Sit Mens Sana In Corpore Sano’

Jumat, 2 Februari 2018
blog

Illustrasi Foto (Kemenag RI DKI Jakarta)

Jakarta [inmasJP] – Guru Olahraga MIN 2 Jakarta Pusat, Rusdi memandu pelaksanaan senam pagi, Jum’at (02/02). Semangat peserta senam mengikuti arahan instruktur itu menandai bahwa pelaksanaan senam tetap berjalan meskipun anggarannya minim.

 

Usai senam, Kepala Subbag Tata Usaha H. Suyadi, S.Ag memberikan arahan pada para peserta senam. “Terima kasih kepada pegawai yang tetap semangat mengikuti senam juga terima kasih kepada instruktur dari MIN 2,” ujarnya. Sesuai hasil rapat pimpinan, instruktur senam akan didapuk oleh para guru olahraga di madrasah se Jakarta Pusat.

 

Senam merupakan kebutuhan setiap individu guna mewujudkan pameo ‘mens sana in corpore sano’ di dalam tubuh yang kuat terdapat jiwa yang sehat. Senam berimplikasi pada kemampuan mempertahankan kesinambungan kinerja. Adagium itu sebenarnya diawali ‘orandum est ut sit’ yang bermakna lengkapnya menjadi ‘marilah kita berdoa semoga di dalam tubuh yang kuat terdapat pula jiwa yang sehat’.

 

“Marilah kita berdoa agar senantiasa diberi kebugaran,” ujar penggemar olahraga ini. “Semoga rekan-rekan yang lain dapat mencontoh semangat kita pagi ini,” sambungnya seraya menegaskan himbauan Kepala Kankemenag Kota Jakarta Pusat agar pegawai memeriahkan kegiatan senam Jum’at pagi. Diharapkan para pegawai melaksanakan himbauan pimpinan tanpa perlu diimingi imbalan maupun ditakuti dengan sanksi.     

 

Selain itu, para pimpinan unit kerja agar segera mempersiapkan laporan pertanggung jawaban pelaksanaan kegiatan tahun anggaran 2017. “Saat ini Tim Pemeriksa sedang mengaudit di Kanwil, tidak lama lagi akan ke tingkat kota dan madrasah,” jelasnya. Auditor dari itjen sifatnya pendampingan sebelum pelaksanaan audit dari BPK. Untuk itu, setiap temuan yang direkomendasikan untuk segera ditindaklanjuti perbaikannya.

 

Terkait dengan audit kinerja, beliau mengharapkan agar pegawai rutin menyusun SKP harian tanpa harus menunda-nunda di akhir bulan. “SKP harian itu wujud tanggung jawab terhadap tukin yang diterima,” jelasnya. Apabila menunda seminggu mungkin masih teringat apa yang telah dilakukan, tapi bila memyusun SKP harian di akhir bulan akan timbul distorsi. Hal ini yang seharusnya dihindari sehingga tukin yang diterima benar-benar sesuai dengan kinerjanya.  /j15

  • Tags:  

Terkait