Berita

Mawardi : Negara Lain Baru Mampu Menyatukan Mata Uang, Indonesia Sudah Mampu Merawat Keberagaman

Kamis, 20 Februari 2025
blog

Jakarta (Humas Kankemenag Jakarta Utara) --- Kakankemenag Kota Jakarta Utara, Mawardi Abdul Gani menjadi salah satu narasumber pada kegiatan Sosialisasi Kebangsaan yang diadakan oleh Dewan Pimpinan Daerah Lembaga Dakwah Islam Indonesia (DPD LDII) Jakarta Utara di Pondok Pesantren Syarif Hidayatullah, Koja pada Kamis, (20/02/2025). 

 

Seminar wawasan kebangsaan yang didukung oleh Direktorat Pencegahan D88 Anti Teror Polri yang bertemakan "Strategi Deteksi Dini Pencegahan IRET, Moderasi dan Kerukunan Umat Beragama Menuju Indonesia Emas 2045" ini dimaksudkan untuk meningkatkan pengetahuan wawasan kebangsaan para Da'i/Da'iyah, santri dan pengurus organisasi di lingkungan LDII Jakarta Utara. 

 

Indonesia, seperti disampaikan oleh Mawardi bukanlah negara berfaham theocracy apalagi sekular, melainkan negara yang menjadikan Pancasila sebagai dasar negara yang terbukti ampuh mengelola perbedaan dan keberagaman. 

 

"Di negara Pancasila ini agama tumbuh dan berkembang bersama-sama demokrasi, dan dilayani sepenuhnya oleh pemerintah," begitu kata Mawardi.

 

Sembari menyebutkan beberapa aliran terlarang di Indonesia dan beberapa gejala di masyarakat yang berpotensi terhadap terjadinya disintegrasi bangsa, Mawardi mengingatkan bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia sudah final dan menjadi harga mati yang tidak bisa ditawar lagi.

 

"Bersyukur kita masih diberikan nikmat hidup di Indonesia dengan nyaman di tengah keberagaman yang ada. Negara lain, hanya bisa menyatukan mata uang saja tapi tidak mampu mengelola perbedaan yang menjadi sunatullah," pungkas Mawardi. 

 

Kasubdit Kontra Radikal Direktorat Pencegahan D88 Anti Teror Polri, AKBP Goentoro Wisnoe Tj, menyebutkan bahwa sejatinya radikalisme ada di semua agama. Sebagai agama yang mayoritas di Indonesia, dia menyebut umat Islam harus memahami ajaran yang sebenarnya, yaitu rahmatan lil'alamin

 

"Maka jangan jadikan agama sebagai tameng untuk bisa melakukan hal-hal yang tidak dibenarkan dalam ajaran agama," ujar Wisnoe. 

 

Selain dihadiri oleh seluruh DPD dan DPC LDII, kegiatan juga dihadiri oleh Teuku Umar alias, Herman alias Abu Hafshoh yang merupakan eks teroris di Indonesia.

  • Tags:  

Terkait

Menu Aksesibilitas

Mode Suara

Ukuran Teks

Monokrom

Tandai Tautan

Tebalkan Huruf

Perbesar Kursor