Jakarta (Humas MTsN 41 Al Azhar Asy Syarif Jakarta) — Minggu pagi yang cerah, (8/6/2025), suasana halaman MTsN 41 Al Azhar Asy Syarif Jakarta tampak berbeda dari biasanya. Semangat kebersamaan, kepedulian, dan nilai-nilai keikhlasan terasa begitu kuat saat siswa, guru, dan warga sekitar berkumpul untuk melaksanakan pemotongan hewan kurban di hari ketiga Tasyrik, 1 Dzulhijjah 1446 H.
Tahun ini, madrasah memotong 6 ekor sapi dan 7 ekor kambing yang berasal dari titipan kurban wali murid serta infak yang dikumpulkan para siswa. Sejak pagi pukul 07.00 WIB, kegiatan dimulai dengan doa bersama yang dipimpin oleh K.H. Qosim Arsyadani, dilanjutkan dengan pemotongan hewan kurban pertama oleh beliau. Doa dan takbir mengiringi proses sakral tersebut, menciptakan suasana khidmat di tengah kegiatan yang padat.
Bagi Faizah, Kepala MTsN 41 Al Azhar Asy Syarif Jakarta, pelaksanaan kurban bukan hanya sekadar rutinitas tahunan, tetapi juga sebagai momentum penting dalam menanamkan nilai-nilai spiritual kepada peserta didik.
“Berkurban adalah perintah Allah, namun di balik itu ada pelajaran besar tentang keikhlasan, sebagaimana yang diteladankan Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail,” ujarnya penuh haru.
Tak hanya guru dan panitia, para pengurus OSIS juga turut berperan aktif dalam pelaksanaan kegiatan ini. Mereka terlibat mulai dari proses penimbangan, pengemasan, hingga pendistribusian daging kurban. Aktivitas ini menjadi wadah pembelajaran langsung tentang kerja sama, kepedulian sosial, dan semangat gotong royong.
Ratusan bungkus daging kurban kemudian didistribusikan kepada para guru, siswa-siswi yatim/piatu, dan masyarakat sekitar madrasah. Sambutan dari warga sekitar pun sangat hangat. Antusiasme mereka menjadi bukti bahwa keberadaan madrasah memberi manfaat nyata, bukan hanya di bidang pendidikan, tetapi juga dalam membangun hubungan sosial dengan lingkungan sekitar.
Kegiatan ditutup dengan makan siang bersama yang diikuti oleh guru, karyawan, pengurus OSIS, serta petugas jagal. Di tengah hidangan sederhana, tawa dan canda memenuhi ruang kebersamaan, menjadi penanda kuatnya rasa kekeluargaan di lingkungan madrasah.
“Semoga kegiatan ini terus berlanjut setiap tahun, karena banyak pelajaran yang dapat kita ambil, terutama untuk menumbuhkan nilai keikhlasan, kebersamaan, dan rasa syukur,” tutup Faizah penuh harap.
Di balik potongan-potongan daging kurban, tersimpan nilai-nilai luhur yang membentuk karakter para siswa. Di sinilah pendidikan karakter sejati dijalankan—melalui aksi, keteladanan, dan keikhlasan yang menyatu dalam semangat berkurban.