Jakarta (Humas Kemenag DKI) --- Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama DKI Jakarta, Adib, menegaskan bahwa kerukunan antarumat beragama menjadi kunci penting dalam mewujudkan Indonesia Emas. Hal tersebut disampaikan saat membacakan sambutan Menteri Agama pada upacara Hari Amal Bakti (HAB) ke-79 Kementerian Agama di Jakarta, Jumat (3/1).
"HAB ke-79 tahun ini mengusung tema 'Umat Rukun Menuju Indonesia Emas'. Ini sejalan dengan Asta Cita Pemerintahan Prabowo-Gibran yang menekankan pentingnya kerukunan dan harmoni antarumat beragama," ujar Adib dalam sambutannya.
Menurutnya, Indonesia dengan keragaman 17.508 pulau, 1.340 suku bangsa, 715 bahasa daerah, dan beragam agama telah membuktikan diri mampu hidup berdampingan dengan rukun dan damai.
"Ini adalah salah satu keajaiban dunia dan anugerah Tuhan yang harus kita jaga bersama. Peran moral kerukunan harus terus kita suarakan di berbagai forum," tegas Adib.
Ia menambahkan bahwa saat ini mata dunia tertuju pada Indonesia yang diproyeksikan menjadi kiblat kerukunan dunia. Hal ini dibuktikan dengan berbagai forum internasional yang melibatkan Indonesia dalam isu kerukunan umat beragama.
"Deklarasi Istiqlal yang ditandatangani Paus Fransiskus dan Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta pada September 2024 lalu menjadi bukti pengakuan dunia atas peran Indonesia dalam menjaga toleransi," jelasnya.
Dalam kesempatan tersebut, Adib juga menyoroti peran Kementerian Agama sebagai jalan tengah antara teori memisahkan agama dari negara dan teori persatuan agama dengan negara.
"Indonesia bukanlah negara agama, dan bukan pula negara sekuler. Namun negara memberi tempat terhormat bagi agama dan masyarakat Indonesia yang dikenal religius," ungkapnya.
Ia menekankan bahwa tantangan terbesar saat ini adalah mendekatkan jarak psikologis dan sosial antara pemeluk agama dengan ajaran agamanya.
"Semakin dekat umat dengan ajaran agamanya, itulah bukti sukses tugas Kementerian Agama. Sebaliknya, makin jauh umat dari nilai dan moral agama, berarti tugas kami belum berhasil," tegas Adib.
Terkait isu global, ia mengingatkan bahwa dunia saat ini menghadapi tantangan berupa kerusakan alam dan perubahan iklim yang membutuhkan peran aktif para pemuka agama.
"Suara pemimpin dan tokoh agama sangat dinantikan dalam menghadapi berbagai krisis global, termasuk ancaman kekurangan bahan makanan," tutupnya.