Jakarta (Humas MTsN 19 Jakarta Selatan) — Di tengah riuhnya kegiatan seni yang digelar pada Selasa (28/10/2025), di ruang Bimbingan dan Konseling MTsN 19 Jakarta Selatan dipenuhi suasana haru dan kekaguman. Karya seni Ahmad Jahfal, siswa inklusi kelas IX, yang sederhana namun penuh makna. Ia menampilkan sebuah kastil megah dari bubur kertas, hasil kreasinya yang dibuat dengan penuh ketekunan dan imajinasi dari bahan-bahan sederhana yang nyaris tak bernilai.
Kegiatan bertajuk “Bubur Kertas: Jembatan Imajinasi Siswa Inklusi MTs 19” ini menjadi ruang ekspresi yang hangat dan penuh makna bagi siswa. Meski hanya satu siswa inklusi yang terlibat langsung, semangat yang ditunjukkan Jahfal memancarkan pesan kuat bahwa kreativitas tidak mengenal batas, dan setiap anak berhak memiliki panggung untuk berkarya serta mengekspresikan dirinya.
Karya kastil yang dibuat Jahfal bukan sekadar bentuk fisik, tetapi juga simbol dari harapan, ketekunan, dan dunia batin yang kaya. Setiap detail menara, dinding, dan gerbang kastil dibentuk dengan kesabaran luar biasa, mencerminkan keindahan imajinasi yang tumbuh dari hati yang tulus dan penuh semangat.
“Ia menyebut kastil ini sebagai tempat impian—tempat yang damai dan penuh kehangatan,” ujar Dewita Ani, guru pendamping inklusi MTsN 19 Jakarta Selatan, dengan mata berbinar. Menurutnya, proses pembuatan karya ini menjadi pengalaman yang berharga bagi Jahfal untuk belajar mengekspresikan perasaan, meningkatkan rasa percaya diri, sekaligus melatih kemandirian dalam berkarya.
Kegiatan ini juga melibatkan siswa reguler yang turut memberikan dukungan dan apresiasi kepada Jahfal. Mereka membantu menyiapkan bahan, memberi semangat, dan menyampaikan kekaguman atas hasil karya temannya tersebut. Dari kebersamaan ini, para siswa belajar bahwa inklusi bukan hanya tentang menerima perbedaan, tetapi juga tentang merayakan keberagaman dan saling menghargai.
Pelaksana Harian (Plh) Kepala MTsN 19 Jakarta Selatan, Haji Ghozali dalam komentarnya menyampaikan apresiasi terhadap inisiatif kegiatan ini. “Kami berkomitmen untuk memberikan ruang bagi semua siswa agar dapat berkembang sesuai potensi masing-masing. Melalui kegiatan seperti ini, kami belajar bahwa kreativitas adalah bahasa universal yang mampu menyatukan perbedaan,” ungkapnya.
Selain menjadi ajang kreativitas, kegiatan ini juga menunjukkan bahwa bahan sederhana seperti bubur kertas dapat diubah menjadi karya seni bernilai tinggi. Dengan sentuhan imajinasi dan semangat pantang menyerah, sesuatu yang sederhana mampu memberikan inspirasi besar bagi lingkungan sekitar.
Melalui karya tunggal yang penuh makna ini, MTsN 19 Jakarta Selatan menegaskan komitmennya sebagai sekolah ramah inklusi—tempat di mana setiap anak diberi ruang untuk tumbuh, bermimpi, dan menyentuh dunia dengan caranya sendiri. Dari bubur kertas yang sederhana, lahirlah pesan besar: bahwa setiap imajinasi pantas dihargai, dan setiap perbedaan adalah jembatan menuju pemahaman yang lebih manusiawi. (Humas_19-IF)