Berita

Membangun Benteng Toleransi : Refleksi Guru MAN 20 Jakarta Timur Tentang Bedah Film "Kembali Ke Titik"

blog

Jakarta, (Humas MAN 20 Jakarta Timur) — Di tengah derasnya arus informasi digital yang kerap membawa pesan-pesan menyesatkan, sebuah layar lebar di Auditorium Lantai 2 Perpustakaan Nasional, Jakarta Pusat, baru-baru ini menjadi medium penting untuk menyebarkan pesan perdamaian dan toleransi. Acara bedah film berjudul “Kembali Ke Titik” ini berlangsung bertepatan dengan Hari Kebangkitan Nasional pada 20 Mei 2025, mengajak peserta untuk merefleksikan arti penting persatuan dan kerukunan bangsa.

 

Bedah film ini bukan sekadar menonton bersama, tetapi merupakan upaya edukatif yang kuat untuk memberikan pemahaman kritis kepada masyarakat, khususnya generasi muda. Turut hadir tiga guru dari MAN 20 Jakarta Timur, yakni Temy Yulianti, Linda Agung, dan Dika Savitri, yang menunjukkan keterlibatan dunia pendidikan dalam upaya mencegah radikalisme melalui pendekatan moderasi beragama.

 

Dalam sambutannya, Kepala Bagian Tata Usaha Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi DKI Jakarta, Nur Pawaiduddin, menegaskan bahwa pencegahan radikalisme adalah tanggung jawab kolektif, bukan hanya pemerintah atau aparat keamanan. Ia memperkenalkan konsep Moderasi Beragama yang menekankan nilai-nilai seperti NKRI Harga Mati, toleransi, penghargaan terhadap tradisi lokal, serta pembinaan keluarga harmonis (sakinah mawaddah warahmah). Nur Pawaiduddin juga mengingatkan bahaya penyebaran paham radikal lewat media sosial dan pentingnya menanamkan karakter positif sejak dini sebagai perisai generasi muda.

 

Menambah nuansa edukasi, Direktur Pencegahan Densus 88 Anti Teror, Kombes John Weynart Hutagalung, menjelaskan keunggulan film sebagai media yang efektif untuk menjangkau audiens luas, membangun empati, dan menyampaikan pesan kompleks dengan cara yang mudah dicerna. Ia berharap kegiatan edukatif seperti ini dapat terus berlanjut sebagai upaya kolektif menjaga keamanan dan persatuan bangsa.

 

Film “Kembali Ke Titik” menjadi inti diskusi yang penuh makna. Film ini menggambarkan secara emosional bagaimana seseorang bisa terjerumus dalam paham radikal dan mengajak penonton untuk kembali pada nilai-nilai kebersamaan dan persatuan. Acara bedah film ini membuktikan bahwa film tidak hanya sebagai hiburan, tapi juga alat edukasi yang ampuh untuk menyebarkan nilai-nilai toleransi dan perdamaian.

 

Kegiatan yang diselenggarakan oleh Densus 88 Markas Besar Kepolisian RI ini menjadi langkah konkret dalam upaya pencegahan radikalisme dan terorisme. Kehadiran para guru dari MAN 20 Jakarta Timur menunjukkan komitmen dunia pendidikan untuk menjaga keutuhan NKRI dengan pendekatan yang edukatif dan inklusif.

 

Semoga pesan dan semangat dari kegiatan ini dapat diimplementasikan di lingkungan madrasah, memperkuat nilai-nilai kebangsaan dan toleransi di kalangan siswa. Dengan begitu, kita bersama-sama membangun masa depan Indonesia yang kuat, damai, dan harmonis, dimulai dari langkah kecil yang bermakna.

Terkait

Menu Aksesibilitas

Mode Suara

Ukuran Teks

Monokrom

Tandai Tautan

Tebalkan Huruf

Perbesar Kursor