Jakarta (Humas Kemenag DKI) --- Madrasah di Indonesia harus bertransformasi menjadi pusat keunggulan atau center of excellence sains dan Islam serta menjadi "eastern golden bridge to the future" atau jembatan emas menuju masa depan generasi bangsa. Hal ini disampaikan Direktur Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kemenag, Fesal Muhammad dalam pembukaan Jakarta Madrasah Competition (JMC) 2025 di Jakarta.
Direktur GTK mengungkapkan tema kegiatan "Islam dan Teknologi Digital Inovasi Sains untuk Generasi Indonesia Maju yang Berdaya Saing Global" memberikan spirit dan inspirasi kualitas bagi dunia pendidikan madrasah. "Pesan nilai dan spirit tema ini menandakan bahwa madrasah harus menjadi pusat keunggulan atau center of excellence sains dan Islam," ujarnya di hadapan ratusan peserta, Kepala Madrasah dan Kepala Urusan Tata Usaha Madrasah.
Direktur GTK juga secara resmi meluncurkan Kurikulum Berbasis Cinta (KBC) yang telah dicanangkan Menteri Agama pada 25 September 2024. Menurutnya, kurikulum ini muncul dari keresahan atas dominasi pendidikan yang hanya berhenti pada aspek kognitif tanpa menyentuh ranah afektif dan spiritualitas. "Kurikulum Cinta sama sekali tidak merubah dokumen kurikulum, hanya memberikan ruang bagi guru untuk membangun layanan pembelajaran dengan nilai-nilai cinta sebagai pondasi," jelasnya, Rabu (24/09).
Direktur GTK ini menekankan pentingnya integrasi sains dan Islam di madrasah untuk mewujudkan insan Indonesia yang cerdas, kompetitif, berakhlak mulia, dan memiliki daya saing tidak hanya regional tetapi juga internasional. "Kita mewujudkan insan Indonesia cerdas, kompetitif, berakhlak mulia dan memiliki daya saing tidak hanya di tingkat regional tapi juga di tingkat internasional," ungkapnya.
Sambungnya, Direktur GTK menyampaikan bahwa madrasah tidak hanya menjadi kelompok literasi digital, tetapi juga benteng moral kebangsaan yang kuat untuk membangun generasi unggul yang berdaulat, beradab dan bermartabat. "Madrasah tidak hanya menjadi kelompok literasi digital, tetapi juga benteng moral kebangsaan kuat nasionalisme untuk membangun generasi unggul yang berdaulat, beradab dan bermartabat," katanya.
Dalam konteks karakter, Direktur GTK membedakan antara karakter moral dan karakter kinerja. Karakter moral mencakup iman dan takwa, jujur, menghormati orang tua, menghargai guru, dan tawadhu (rendah hati), sementara karakter kinerja meliputi tuntas, mobilitas tinggi, dan cepat dalam problem solving. "Dunia tidak butuh orang yang kerja tuntas mobilitas tinggi, tapi dia sombong, tidak beriman, dan tidak jujur," tegas Direktur GTK.
Mengutip Imam Al-Ghazali, Direktur GTK menekankan pentingnya akhlak dalam pendidikan. "Dihadapan Allah, orang yang rendah ilmunya, tinggi akhlaknya, lebih mulia daripada orang yang tinggi ilmunya, rendah akhlaknya. Makanya Rasulullah diutus ke dunia untuk memperbaiki akhlak manusia," ujarnya.
Beliau berharap penyelenggaraan JMC dan Olimpiade Madrasah Indonesia (OMI) dapat meningkatkan kuantitas dan kualitas ketersebaran lulusan madrasah di berbagai perguruan tinggi favorit. "Saya bangga sekarang tes UI lulus 98 persen, tes UGM lulus di atas 90 persen. Ini luar biasa karena memang kita dididik dengan general life skill untuk berkompetisi di jenjang yang lebih tinggi," katanya.
Dalam penutupan sambutannya, Direktur GTK menyampaikan pesan kepada siswa madrasah untuk tumbuh menjadi benteng pertahanan NKRI dengan menjunjung tinggi moral, etika, dan cinta. "Siswa madrasah harus pintar dan memiliki IQ tinggi dan bermanfaat bagi sesama. Ingat bahwa sebaik-baiknya orang adalah mereka yang paling bermanfaat untuk sesamanya," pungkasnya.