Jakarta (Humas Kanwil Kemenag DKI Jakarta) — Senyum manis menghiasi wajah Naila Fauziah Fazila, siswi MIN 2 Jakarta, saat namanya diumumkan sebagai Juara 1 Bidang Keagamaan – Dai Cilik tingkat MI pada ajang Jakarta Madrasah Competition (JMC) 2025.
Bukan kali pertama Naila naik ke panggung kemenangan. Dua tahun berturut-turut sebelumnya, ia juga berhasil meraih Juara 1 Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) dan Musabaqah Hifzil Quran (MHQ) di ajang yang sama.
Namun siapa sangka, perjalanan Naila di dunia keagamaan justru berawal dari sebuah “paksaan kecil” orang tuanya.
“Awalnya memang disuruh sama orang tua. Dulu sempat kayak terpaksa, tapi lama-lama jadi suka dan malah pengin belajar terus,” ujar Naila sambil tersenyum malu.
Kini, paksaan itu berubah menjadi minat yang tumbuh dari hati. Setiap hari, Naila meluangkan waktu belajar bersama orang tuanya di rumah. Ia mengaku cara belajar yang menyenangkan membuatnya semakin semangat mendalami dunia dakwah dan Al-Qur’an.
“Di rumah aku diajarin juga sama orang tua. Kalau di sekolah, guru-gurunya baik banget, sabar, jarang marah-marah, jadi belajar juga enak,” ungkapnya polos.
Meski sudah berkali-kali juara, Naila tetaplah anak-anak. Ada hadiah sederhana yang selalu ia minta setiap kali menang lomba.
“Aku minta hadiah coklat, mainan, atau jalan-jalan ke mall,” katanya sambil tertawa.
Kini, Naila bukan hanya dikenal karena prestasinya, tapi juga karena sikapnya yang rendah hati dan ceria. Ia berharap teman-temannya di madrasah juga tidak mudah menyerah dalam belajar.
“Buat teman-teman, jangan takut coba hal baru. Kadang yang awalnya gak suka, malah bisa jadi kesukaan kalau terus dicoba,” pesannya penuh semangat.
Dari paksaan menjadi cinta, dari kebiasaan menjadi prestasi. Kisah Naila membuktikan bahwa ketulusan belajar dan dukungan keluarga dapat menumbuhkan bakat luar biasa, bahkan sejak usia madrasah ibtidaiyah.