Jakarta (Humas Kanwil Kemenag DKI Jakarta) — Asap pekat itu memang sudah sirna, namun duka yang ditinggalkan masih mengendap di sudut-sudut hati warga RW 04 Kapuk Muara, Jakarta Utara. Pada Jumat kelabu, 6 Juni 2025, si jago merah melahap lebih dari 450 rumah, memaksa ratusan keluarga kehilangan tempat tinggal, termasuk siswa dan guru dari berbagai RA, MI, hingga MTs di wilayah tersebut.
Namun, pada Selasa (25/6/2025), senyum perlahan mekar kembali. Bertempat di Madrasah Ibtidaiyah Al-Muqtakin, Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi DKI Jakarta menyerahkan bantuan kemanusiaan secara simbolis bagi para korban. Bantuan ini bukan sekadar bentuk kepedulian, tapi juga semangat untuk membangkitkan harapan dan keberanian menata ulang kehidupan yang porak-poranda.
Kepala Kanwil Kemenag DKI Jakarta Adib menyampaikan rasa duka dan simpati mendalam dalam sambutannya. "Kami hadir membawa pesan bahwa kalian tidak sendiri. Kami turut merasakan duka ini, dan kami berusaha hadir untuk memberi semangat agar kalian bisa bangkit kembali," tuturnya.
Donasi yang diberikan berupa bantuan seragam sekolah, sepatu, dan uang tunai kepada 135 siswa terdampak serta 4 guru yang ikut menjadi korban kebakaran. Ini merupakan lanjutan dari tahap pertama yang sebelumnya telah menyalurkan bantuan kepada 73 siswa MI Nurul Ikhlas, yang juga terdampak langsung dari musibah tersebut.
Bantuan ini merupakan hasil penggalangan dana dari berbagai satuan kerja Kemenag DKI Jakarta, termasuk madrasah, RA, IGRA, dan lembaga zakat seperti BAZNAS. Setiap kontribusi menjadi bukti bahwa gotong royong dan solidaritas masih kuat mengakar di tengah-tengah masyarakat.
“Kami ingin memastikan bahwa meskipun rumah kalian terbakar, masa depan kalian tidak ikut hangus. Pendidikan harus tetap berjalan,” tegas Kepala Kankemenag Kota Jakarta Utara Mawardi, yang turut menyampaikan laporan kegiatan.
Di akhir acara, suasana haru berganti menjadi semangat. Kakanwil Kemenag memompa motivasi anak-anak dengan pekikan semangat khas, “Kalau saya bilang ‘Anak Indonesia’, kalian jawab ‘Sehat! Pintar! Saleh-salehah!’ Allahu Akbar!”
“Allahu Akbar!” seru anak-anak serempak, penuh semangat dan harapan baru.
Hari itu, di antara reruntuhan dan luka yang belum sembuh, ada benih optimisme yang mulai tumbuh. Bantuan itu mungkin tidak bisa mengganti semua yang hilang, tetapi cukup untuk menyampaikan satu pesan penting: kita peduli, dan kita tidak akan membiarkan mereka berjalan sendiri.