Berita

Taklim Mutaklim MAN 7 Jakarta: Tradisi yang Menyentuh Hati dan Pikiran

blog

Kegiatan Taklim Mutaklim : Pembiasaan Kamis Pagi di MAN 7 Jakarta

Jakarta (Humas MAN 7 Jakarta Selatan) — Suara gemericik air wudhu dan lantunan dzikir pelan menjadi pembuka pagi yang berbeda di MAN 7 Jakarta. Kamis (22/5/2025), sejak pukul 06.30 WIB, halaman madrasah telah dipenuhi siswa, guru, dan staf yang berkumpul untuk mengikuti kegiatan Taklim Mutaklim—sebuah tradisi pembelajaran spiritual yang kini menjadi jantung pembiasaan religius di MAN 7 Jakarta.

 

Tak hanya sekadar rutinitas, Taklim Mutaklim menjadi ruang penyemaian nilai-nilai keislaman dalam suasana yang damai dan reflektif. Kegiatan ini hadir setiap pekan dengan satu tujuan besar: membentuk karakter religius siswa, bukan hanya melalui teori, tetapi melalui pengalaman spiritual yang menyentuh hati.

 

Kali ini, suasana terasa lebih istimewa. MAN 7 Jakarta menghadirkan penceramah tamu, Kiai Mansur El Baqi, sosok ulama yang dikenal luas di wilayah Srengseng Sawah dan Jagakarsa karena ceramahnya yang sejuk dan menyentuh. Dengan tema “Transfer Ilmu dengan Kasih Sayang,” beliau mengajak para peserta menyelami makna pendidikan bukan hanya sebagai proses intelektual, tetapi juga emosional dan spiritual.

 

“Ilmu harus disampaikan tidak hanya dengan akal, tetapi juga dengan hati. Ilmu yang disampaikan dengan kasih sayang akan lebih mudah diterima dan membekas di hati,” tutur Kiai Mansur, dengan suara tenang namun penuh makna.

 

Para siswa menyimak ceramah dengan seksama. Beberapa tampak tertunduk, merenungkan, sementara yang lain mencatat pesan-pesan penting. Taklim ini seperti oase di tengah rutinitas akademik, memberikan jeda yang tidak hanya menenangkan, tetapi juga memotivasi.

 

Lebih jauh, Kiai Mansur menekankan pentingnya adab dalam proses belajar. “Seorang guru bukan hanya pengajar, tetapi juga pembentuk akhlak. Dan murid yang beradab kepada gurunya akan lebih mudah menerima cahaya ilmu,” tambahnya.

 

Pesan ini terasa sangat relevan dalam dinamika pendidikan hari ini. Di tengah tantangan zaman dan derasnya arus digitalisasi, hubungan antara guru dan murid sering kali tergeser oleh kecanggihan teknologi. Namun dalam taklim ini, siswa diingatkan kembali bahwa esensi pendidikan sejati terletak pada hubungan batin yang dilandasi rasa hormat dan cinta.

 

Hanapi, Kepala MAN 7 Jakarta, menyampaikan rasa syukurnya atas terselenggaranya kegiatan ini. Ia menekankan pentingnya pembiasaan spiritual sebagai bagian dari sistem pendidikan yang utuh.

 

“Kami berharap pembiasaan taklim ini menjadi bagian penting dalam proses pembentukan karakter siswa, agar tidak hanya cerdas secara intelektual, tapi juga berakhlak mulia,” ujar Hanapi usai kegiatan.

 

Kegiatan ditutup dengan doa bersama dalam suasana khidmat dan penuh kehangatan. Para siswa tampak meninggalkan lapangan dengan wajah tenang dan senyum ringan, seolah membawa pulang bekal spiritual untuk menjalani hari.

 

Di tengah kompleksitas dunia pendidikan saat ini, Taklim Mutaklim menjadi penanda bahwa MAN 7 Jakarta tidak hanya mendidik siswa untuk unggul dalam akademik, tetapi juga untuk tumbuh menjadi pribadi yang bijak, beriman, dan penuh kasih. Karena sejatinya, ilmu yang besar adalah ilmu yang ditanamkan dengan cinta dan dipanen dengan akhlak.

Terkait

Menu Aksesibilitas

Mode Suara

Ukuran Teks

Monokrom

Tandai Tautan

Tebalkan Huruf

Perbesar Kursor