Jakarta [Humas Kankemenag Jakarta Utara] - Penyelenggara Buddha Kankemenag Kota Jakarta Utara, Mugiyanto menghadiri ritual Shui Lu dalam rangka memperingati 120 Tahun Vihara Lalitavistara yang dihadiri oleh 120 Suhu dari dalam dan luar negeri di Vihara Lalitavistara Cilincing Jakarta Utara pada Jum'at, (20/6/2025).
Mugiyanto mengikuti ritual yang bermakna Perdamaian Dunia dan Kesejahteraan Negara di hari kelima ini dengan mengikuti ibadah bersama ratusan Suhu yang dipimpin oleh Y.M. Bhiksu Andhanavira Mahasthavira dengan khidmat dan penuh kekhusyukan.
Mugiyanto menuturkan, ritual Shui Lu, atau Shui Lu Fa Hui, adalah sebuah upacara Buddhis Mahayana kuno yang dilakukan untuk membebaskan dan menolong semua makhluk hidup, baik yang hidup maupun yang telah meninggal. Upacara ini melibatkan pembacaan sutra-sutra, persembahan makanan dan jasa, serta doa-doa untuk kesejahteraan semua makhluk.
"Membebaskan semua makhluk dari penderitaan dan membantu mereka mencapai kebahagiaan," ujar Mugiyanto kepada tim Humas.
Pada prosesi ritual yang diikuti oleh Mugiyanto di Vihara tersebut, dilakukan berbagai aspek penting antara lain; Penyucian dengan cara membersihkan diri dan lingkungan dari segala kotoran batin dan fisik. Selain itu juga dilakukan pengundangan arwah dari alam rendah untuk menerima berkah dan ajaran.
Dua aspek penting lainnya adalah Ajaran dan Pertobatan dengan cara mempelajari ajaran Buddha dan bertobat atas segala kesalahan, dan pelimpahan pahala dari perbuatan baik yang dilakukan selama ritual untuk kebaikan semua makhluk.
Mugiyanto meyakini, dengan doa-doa yang dipanjatkan oleh umat Buddha pada ritual Shui Lu ini, perdamaian dunia dan kesejahteraan bangsa yang membawa ketenangan dan kenyamanan baik pengikut ajaran Buddha dan umat beragama di Indonesia khususnya, bisa terwujud sesuai harapan bersama.
Y.M. Bhiksu Matra Maitri Mahasthavira saat diwawancari terkait ritual Shui Lu menjelaskan secara harfiyah bahwa Shui Lu diambil dari bahasa mandarin yang bermakna Shui (jalan) sedangkan Lu berarti (air). Dengan kata lain, Shui Lu difahami sebagai penyeberangan makhluk yang mati secara tidak wajar melalui jalur air.
"Bahasa halusnya, shui lu adalah jalur sutra yang menyeberangkan makhluk-makhluk yang telah tiada yang tidak hanya ada di perairan saja namun juga di seluruh alam raya baik di darat maupun udara," kata Banthe Matra Maitrim
"Dalam ruwatan selama 7 hari ini, semua arwah kita undang dan kita perlakukan secara alamnya tak ubahnya selama mereka hidup di dunia seperti memberi makan dan minum dan sebagainya," katanya menambahkan.