Jakarta (Inmas) --- Kementerian Agama sebagai wakil pemerintah dan ditunjuk sebagai PIC dalam membahas Rancangan Undang – Undang (RUU) Pesantren dan Pendidikan pada eselon 1. Dan draft yang telah diserahkan oleh DPR pada pemerintah melalui Setneg harus menjawab resmi tentang RUU tersebut.
“ Paling lambat 24 Desember kita memiliki sandingan, sehingga pendidikan keagamaan mendapatkan perhatian yang serius dan dampaknya pada anggaran,” ujar Sekjen Nur Kholis saat pembinaan Pertanggungjawaban Pelaksana APBN/APBD Tahun 2018 di Aula Jayakarta.
Nur Kholis mengajak seluruh Kepala Madrasah untuk meningkatkan akuntabilitas sebagai salah satu performance (Key Indikator Performance) dalam menggunakan dana hibah.
“ Sehingga menjadi alasan yang positif serta memiliki dampak yang serius dan signifikan terhadap peningkatan kualitas pada madrasah,” jelasnya.
Bicara Pendidikan, Nur Kholis mengajak untuk tidak hanya bicara ritmik atau ritualistik dalam mengurusi pendidikan yang rutin, tetapi harus memiliki pikiran yang jauh kedepan, langkah inovatif dan langkah antisipatif.
“Mengapa kita harus melakukan tiga hal tersebut ?,” Tanya Sekjen pada peserta.
Pertama, Berpikir jauh kedepan. Menurut Psikolog bahwa anak yang lahir setelah 95 disebut generasi Z dan yang lahir sebelum itu disebut generasi Y. Perbedaanya menocolok dalam tata cara bergaul, tata cara berkomunikasi, termasuk menggunakan bahasa itu sudah beda, kalau generasi Y bahasanya formal, anak anak sekarang di media sosial berkomunikasi istilahnya itu sudah tidak ada di kamus.
“ Bukan hanya persoalan bagaimana mereka menggunakan bahasa tetapi cara mereka berjejaring, cara mereka mengembangkan diri, cara mereka mengembangkan wawasan, cara mereka mengajukan pertanyaan, dan cara mereka menjawab pertanyaan.Ini berbeda dengan kita generasi orang tuanya,” jelas Sekjen.
Kedua, Langkah Inovatif. Pendidikan masih dimaknai terhadap pendidikan, ketika dulu kita seusia mereka itu akan sangat jauh berbeda. Kita kadang masih ribut dengan ruang kelas, padahal mereka sebenarnya tidak terlalu butuh dengan ruang kelas, ini transformasi atau lingkungan pendidikan di masa masa mendatang, karena ruang imajinasinya sudah berkembang.
“ Sehingga memerlukan langkah langkah inovatif di dunia pendidikan,” imbuhnya.
Ketiga, Langkah Antisipatif. Pendidikan jika dibiarkan dengan lingkungan yang serba bebas, tidak pernah terikat dengan dimensi ruang dan waktu, maka yang akan berkembang adalah dimensi intelektualitas dan kreatifitasnya.
“ Oleh karena itu hibah itu merupakan salah satu wasilah agar kita ini bisa berfikir jauh kedepan sekaligus bisa melakukan inovasi sekaligus berfikir antisifasi karena logika tanpa logistik itu tidak mungkin. Tetapi logistik saja tanpa logika yang baik itu juga maubazir,” tegasnya