Jakarta (Humas Kankemenag Jakarta Utara) --- Milad Ke-3 Kampung Sakinah Maliha Marhamas dihadiri oleh Komisioner BAZNAS/BAZIS DKI Wakil Ketua Bidang Pengumpulan, KH. Nur Alam Bakhtir sebagai narasumber keagamaan. Dia membeberkan makna dan hakikat dari peristiwa agung Isra Mi’raj nabi Muhammad SAW dan korelasinya dalam kehidupan sehari-hari pada Selasa, (04/02/2025).
Sebagai seorang yang ‘alim, Nur Alam lugas mendefinisikan makna dan hakikat dari Isra Mi’raj di hadapan warga Rusunawa binaan Kampung Sakinah Maliha Marhamas yang juga dihadiri oleh para petinggi di jajaran Kankemenag Kota Jakarta Utara, Walikota Kota Jakarta Utara dan undangan kehormatan lainnya.
“Isra adalah perjalanan horizontal yang diisyaratkan dalam surat Al-Isra ayat 1 yang substansinya adalah linuriyahu min ayatina (agar kami perlihatkan kepadanya tanda-tanda kebesaran kami),”ungkap beliau di awal taushiahnya.
Sementara hakikat Mi’raj, seperti ditambahkan pria kelahiran Kuningan ini adalah Allah memberikan tanda-tanda yang lebih besar lagi kepada nabi Muhammad SAW. Hal ini tertuang dalam firman Allah yaitu QS. An-Najm ayat 13-15 yang mengandung makna yang sangat dalam dan menjadi bukti keabsahan peristiwa tersebut yang berarti,”Sungguh, dia (Muhammad) benar-benar telah melihatnya (dalam rupa yang asli) pada waktu yang lain(13), (yaitu ketika) di Sidratulmuntaha (14). Di dekatnya ada surge tempat tinggal. (15)”
“Kalimat Sidratulmuntaha hanya 4 kali disebutkan dalan Qur’an. Dalam berbagai kitab tafsir, sidroh diartikan sebagai pohon bidara. Sementara dalam referensi orang Timur Tengah, bidara adalah simbol atau lambang kearifan,”terangnya.
Sang Kyai menuturkan lagi, bahwa kata Al-muntaha berarti yang tertinggi. Dengan kata lain, ketika Rasulullah SAW mi’raj sampai ke Sidrotulmuntaha bukan saja menunjukan secara fisik jasmani dan rohaninya sampai ke tempat tertinggi, akan tetapi secara spiritual beliau telah mencapai tingkat kearifan yang tertinggi.
“Rasulullah SAW dikenal sebagai manusia yang ‘arif atau orang yang telah mengenal Allah secara dalam. Makanya orang yang mengenal secara dalam biasanya sangat bijak (‘arif),” imbuh Kyai.
Memetik hikmah peristiwa Isra Mi’raj nabi Muhammad SAW, Nur Alam Bakhtir mengajak kepada seluruh jamaah agar mau melihat dan memperhatikan tanda-tanda kekuasaan Allah baik dalam diri maupun alam sekitar. Sebab dia berkeyakinan, bahwa orang yang demikian itu sejatinya bisa menjadi ‘arif secara visualisasi yag disebut aljawarih jismiyah jasadiyah.