Jakarta (Humas MAN 19 Jakarta) --- Jumat (27/10) pukul 06.30 WIB, seluruh siswa Madrasah Aliyah Negeri 19 Jakarta sudah berkumpul di lapangan MAN 19 Jakarta. Seluruh guru dan karyawan pun tampak duduk berjajar di sisi kanan siswa. Mereka tengah bersiap untuk mengikuti kegiatan pengajian kitab “Al-‘Ushfuriyah”.
Adalah Mohammad Yasin, Kepala Madrasah MAN 19 Jakarta yang memimpin langsung kajian kitab al-Mawaidh al-‘Ushfuriyyah karya Syekh Muhammad bin Abu Bakr al-Ushfury tersebut. Pagi itu, Mohammad Yasin membahas tentang pentingnya doa seorang anak kepada orang tua yang sudah meninggal.
“Apabila perbuatan seorang yang masih hidup baik, maka orang tua atau keluarga yang sudah meninggal itu akan bahagia dan merasa sedih apabila ada dari anak atau keluarganya berbuat yang tidak baik,” kata Kamad.
Seluruh yang hadir tampak menyimak apa yang disampaikan oleh Yasin. Kegiatan pengajian kitab kuning ini merupakan pembiasaan rutin di MAN 19 Jakarta. Pengajian kitab kuning ini diberikan 4 kali dalam satu minggu, yaitu hari Selasa untuk kelas XII, hari Rabu kelas XI, hari Kamis kelas X dan hari Jumat untuk seluruh siswa, guru dan karyawan.
Mohammad Yasin berharap dengan adanya pengajian kitab kuning, tidak saja akan menambah pengetahuan agama bagi siswa dan seluruh madrasah, tetapi juga dapat menumbuhkan minat untuk mempelajari kitab kuning.
Pembelajaran kitab kuning ini ternyata juga mendapat tanggapan positif dari siswa. “Ilmu agama saya jadi bertambah, sehingga saya dapat menyeimbangkan ilmu pengetahuan umum dan agama,” tutur Muhtadi Alawi, siswa kelas XII IPA. Bagi Muhtadi, program pengajian kitab kuning ini sangat bermakna dan bermanfaat.
Hal senada pun disampaikan oleh Saffanah, siswa kelas X MIPA. Bagi Saffanah yang baru mengecap pendidikan di madrasah, pengajian kitab kuning ini sangat bermanfaat terutama dalam penguasaan bahasa arab. “Program pengajian ini sangat bermanfaat dan bagus sekali, apalagi saya yang berasal dari SD dan SMP. Saya menjadi lebih mengenal ilmu agama dan mengetahui kaidah-kaidah bahasa Arab lebih mendalam lagi, seperti nahwu dan shorofnya,” jelas Saffanah.
Beda lagi dengan Puspa Putri Latifah, siswi kelas XI IPS. Bagi Puspa, dengan mempelajari kitab kuning, dirinya menjadi lebih berhati-hati dalam melakukan sesuatu, karena telah mengetahui larangan dan perintah agama. “Saya jadi tahu aturan mana yang boleh dan mana yang tidak boleh menurut agama. Jadi lebih hati-hati dalam melakukan sesuatu,” kata Puspa.
Disamping pengajian kitab kuning, masih ada pembiasaan lain yang diterapkan di MAN 19 Jakarta guna peningkatan pengetahuan keagamaan bagi siswa. Diantaranya, tadarus dan sholat dhuha berjalan seperti biasa, dan dilaksanakan di masjid Al-Barkah tiap harinya. /humas/ilm/ilm