Pulau Pramuka, Jakarta (Humas Kepulauan Seribu) -- Kepala Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Kepulauan Seribu, Nasruddin, memberikan arahan sekaligus secara resmi membuka kegiatan Focus Group Discussion (FGD) bertajuk Penguatan Deteksi Dini Konflik Sosial Berdimensi Keagamaan, yang digelar di ruang kelas MTsN 26 Kepulauan Seribu, Kampus B, Pulau Pramuka, pada Kamis (17/07/2025).
Kegiatan ini digagas oleh Seksi Bimas Islam Kantor Kemenag Kabupaten Kepulauan Seribu sebagai upaya implementasi Keputusan Menteri Agama Nomor 332 Tahun 2023 tentang Sistem Peringatan Dini Konflik Sosial Berdimensi Keagamaan.
Dalam sambutan pembukaannya, Nasruddin menyampaikan apresiasi dan terima kasih kepada seluruh peserta yang hadir, khususnya para tokoh agama dan tokoh masyarakat setempat yang turut serta dalam forum dialog ini.
“Saya bersyukur dapat hadir di tengah-tengah para tokoh agama dan tokoh masyarakat. Kehadiran Bapak dan Ibu semua adalah bentuk nyata komitmen bersama kita dalam menjaga harmoni dan kerukunan umat beragama di wilayah Kepulauan Seribu,” ujar Nasruddin.
Ia menegaskan bahwa Kementerian Agama memiliki peran penting sebagai garda terdepan dalam merawat persatuan, terutama melalui pendekatan pendidikan, dialog keagamaan, serta kolaborasi lintas sektor.
“Komitmen Kementerian Agama tidak hanya tertuang dalam kebijakan, tetapi juga harus hadir dalam kerja nyata di tengah masyarakat. Pendidikan yang mencerdaskan, dialog yang membangun, dan kolaborasi yang inklusif adalah fondasi dalam menjaga kehidupan beragama yang damai,” tegasnya.
Dalam kesempatan tersebut, Nasruddin juga mengajak seluruh elemen masyarakat, khususnya di Kepulauan Seribu, untuk terus menyebarluaskan nilai-nilai moderasi beragama.
“Kita semua memiliki tanggung jawab untuk menanamkan nilai-nilai toleransi dan saling menghormati. Moderasi beragama bukan sekadar jargon, tapi harus menjadi sikap hidup sehari-hari yang kita tularkan kepada generasi muda,” katanya.
Mengakhiri arahannya, Nasruddin berharap agar FGD ini tidak hanya menghasilkan wacana, tetapi mampu melahirkan rekomendasi dan solusi yang konkret serta dapat diaplikasikan sesuai kebutuhan lokal masyarakat Kepulauan Seribu.
“Harapan saya, melalui forum ini dapat terbentuk sistem deteksi dini atau early warning system yang berbasis masyarakat. Para tokoh agama sebagai penjaga moral, tokoh masyarakat sebagai pengikat sosial, harus menjadi ujung tombak dalam mendeteksi dan meredam potensi konflik sejak dini,” tuturnya.
Ia pun menutup sambutannya dengan doa dan harapan atas kelancaran kegiatan.
“Terima kasih saya ucapkan kepada panitia penyelenggara dan seluruh peserta. Semoga diskusi ini berjalan lancar, penuh keberkahan, dan membawa manfaat besar bagi kehidupan beragama yang damai di Kepulauan Seribu,” pungkasnya.