Berita

Kakanwil Hadiri Haul KH Abdul Majid

Senin, 30 April 2018
blog

Illustrasi Foto (Kemenag RI DKI Jakarta)

Jakarta (Inmas) Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi DKI Jakarta Saiful Mujab menghadri acara haul Syekhuna KH Abdul Majid bin KH Abdurrahman di masjid jami Al-Musari’in yang berada di lingkungan yayasan Al hidayah atau yang lebih dikenal dengan sebutan masjid Basmol, Minggu (29/4).

Kedatangan Kakanwil disambut oleh Ketna Yayasan Pembinaan dan Pendidikan Islam Al Hidayah (YAPPIA) Jakarta  yang juga ketua MUI DKI Jakarta KH. Syarifuddin Abdul Ghani serta Sekretaris Umum MUI DKI Jakarta KH. Zulfa Mustofa 

Hadir didampingi Kepala Seksi Pemberdayaan Zakat nyakdin aceh, KaKanwil memberikan sambutan dihadapan para santri dan tamu undangan yang berasal dari berbagai kalangan.

“bertepatan dengan haul Syekhuna KH Abdul Majid, semoga kita dapat mengikuti semangat bersatu dan selalu menjaga kebersamaan.”Ujar Saiful Mujab.

KH. Abdul Madjid sendiri lahir di Pekojan, Jakarta Pusat tahun 1887. Ayahnya bernama KH. Abdurrahman bin Sulaiman bin Muhammad Nur bin Rahmatullah. Buyutnya yang bernama Rahmatullah ini dikabarkan masih keturunan Pangeran Diponegoro yang datang di daerah Kebayoran Lama karena mengikuti sayembara menaklukkan macan buas yang meresahkan masyarakat. Atas keberhasilannya mengalahkan macan tersebut, ia diberi sebidang tanah sesuai dengan bunyi sayembara.

Guru Madjid pertama kali belajar agama kepada ayahnya sendiri. Menjelang dewasa, ia dikirim ke Mekkah untuk belajar agama kepada para ulama di sana selama beberapa tahun. Diantara gurunya adalah 
Syaikh Mukhtar Atharid, Syaikh Umar Bajunaid Al-Hadrami, Syaikh Said Al-Yamani. Meski yang dipelajari masih tergolong standar, karena kealimannnya ia mampu mempelajari ilmu lain seperti tafsir, tasawuf, dan ilmu falak.

Sepulang ke tanah air, ia langsung mengajar dan berdagang. Sebagai orang alim, Guru Madjid juga dikitari cerita-cerita ajaib yang menunjukkan kedalaman ilmu dan kelebihannya. Di antara mata murid-muridnya, sering terlihat kejadian aneh diluar logika biasa di sekitar guru, yang dalam bahasa arab disebut khairul ‘adah.

Beberapa tahun menjelang wafat-nya, Guru Madjid atau lengkapnya K. H. Abdul Madjid, seperti sudah mendapat firasat bahwa lahan di Jakarta akan mengalami kondisi yang sulit, baik karena pertambahan penduduk, maupun karena kepentingan duniawi, sehingga kuburanpun harus dibongkar dan dipindahkan ke tempat lain. Oleh karena itu, ia menulis surat kepada muridnya yang tinggal di Basmol Cengkareng. K. H. Abdul Ghoni, agar kelak, ketika ajalnya sudah sampai, ia dikubur di Kampung Paselo. Padahal Guru Madjid pada saat itu tinggal di Kampung Gusti, Jakarta Barat. Jarak kedua tempat itu cukup jauh.

Maka ketika Guru Madjid tutup usia pada hari Jum’at 27 Juni 1947 dalam usia 60 tahun, jenazahnya langsung di bawa ke Basmol, diiringi para muridnya dan dimakamkan di Kampung Pesalo. Sampai kini, makam tersebut masih terurus dengan baik.

Hadir pada acara ini, KH Nasier zein, KH Muaz jaelani, KH Hisyam Hasyim, KH Kurtubi, KH Mahfuz Ma'mun. Serta dari jajaran pemda setempat Asisten Kesra Jakarta Barat yunus Burhan, camat kembangan Agus Ramdhani, Lurah kembangan utara Edy Sukarya dan Kapolsek Kembangan  kompol Supriyadi./M

 

  • Tags:  

Terkait

Menu Aksesibilitas

Mode Suara

Ukuran Teks

Monokrom

Tandai Tautan

Tebalkan Huruf

Perbesar Kursor