Jakarta (Humas Kemenag DKI) --- Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi DKI Jakarta berkomitmen mendukung upaya pencegahan radikalisme dan terorisme melalui penguatan moderasi beragama yang sejalan dengan semangat Hari Kebangkitan Nasional bertema "Bangkit Bersama Wujudkan Indonesia Kuat".
Pernyataan ini disampaikan Kepala Bagian Tata Usaha Kanwil Kemenag DKI Jakarta, Nur Pawaidudin, dalam acara nonton bareng dan diskusi film "Kembali Satu Titik" yang diselenggarakan oleh Densus 88 di Perpustakaan Nasional, Jakarta Pusat.
"Hari Kebangkitan Nasional memiliki kaitan yang sangat kuat dengan pencegahan radikalisme, terutama dalam upaya deradikalisasi yang dapat membantu menciptakan lingkungan kondusif bagi kebangkitan nasional," ujar Nur Pawaidudin di hadapan para guru madrasah dan sekolah.
Nur Pawaidudin mengidentifikasi penyebaran radikalisme melalui pemahaman agama yang ekstrem sebagai salah satu tantangan utama yang dihadapi. "Kementerian Agama bersama dengan kementerian lain berikhtiar melalui moderasi beragama untuk mencegah radikalisme. Moderasi beragama bukan hanya milik Kementerian Agama, tetapi menjadi ikhtiar bersama agar pemahaman terhadap agama tidak menjadi radikal," ujarnya. Selasa (20/5).
Menurut Kabag TU, ada beberapa indikator penting dalam moderasi beragama, antara lain komitmen kebangsaan dengan muara NKRI harga mati, prinsip antikekerasan, toleransi, dan pertimbangan terhadap tradisi. "Toleransi itu seperti kebebasan yang kita miliki dibatasi oleh kebebasan orang lain. Jadi tidak sebebas-bebasnya," jelasnya.
Beliau juga mengungkapkan keprihatinannya terhadap penyebaran paham radikalisme melalui media sosial yang dinilai sangat masif. "Dengan jumlah penduduk Indonesia sekitar 280 juta orang, penyebaran melalui media sosial sangat mungkin terjadi karena tidak ada batasnya," katanya.
Ia berharap para guru dapat menayangkan film tersebut di lingkungan sekolah dan madrasah sebagai bagian dari upaya pencegahan radikalisme. Tambahnya, Kabag Tjuga mengingatkan pentingnya verifikasi berita sebelum membagikannya ke media sosial.
"Film 'Kembali Satu Titik' sangat efektif karena lebih mudah dicerna masyarakat dibandingkan ceramah atau diskusi yang berapi-api," imbuhnya.
Di akhir sambutannya, Nur Pawaidudin mengingatkan para guru bahwa tugas mereka bukan hanya mengajar dan memberikan ilmu, tetapi juga membentuk karakter anak didik. "Pada saat karakter siswa-siswi kita baik, insyaAllah, paparan radikalisme itu tidak akan masuk pada anak-anak kita bersama," pungkasnya.