Jakarta (Humas Kemenag DKI) – Mentari pagi baru saja menyapa cakrawala ketika ratusan wajah penuh harap dan haru memenuhi halaman Embarkasi Jakarta Pondok Gede. Ada kebahagiaan yang tak dapat disembunyikan di balik raut wajah para calon jemaah haji kloter pertama dari Jakarta. Doa-doa melangit, satu hal terasa begitu jelas: hari ini mereka memenuhi panggilan suci dari Allah SWT.
“Tidak semua orang mendapatkan kesempatan ini,” ucap Ketua Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Embarkasi Pondok Gede Adib dengan suara bergetar. “Banyak yang menanti bertahun-tahun, namun tak semua sempat berangkat. Ada yang sakit, ada yang lebih dulu dipanggil Allah.” sambungnya.
Kata-kata itu menembus relung hati para jemaah. Terdengar lirih "Aamiin" bersahutan ketika doa dipanjatkan agar perjalanan ini menjadi jalan meraih haji yang mabrur.
Kloter 1 JKG pagi ini diberangkatkan dengan total 393 jemaah, terdiri dari 171 pria dan 222 wanita. Di antaranya, terdapat 62 jemaah lansia, dengan yang tertua berusia 85 tahun dan yang termuda 18 tahun. Sebuah gambaran keberagaman usia dalam satu tujuan: memenuhi rukun Islam kelima dengan penuh keikhlasan.
Dalam suasana yang khidmat itu, para jemaah tak hanya dibekali semangat, tapi juga pesan mendalam yang akan menjadi bekal sepanjang perjalanan mereka di tanah suci. Pesan itu sederhana tapi penting: laksanakan ibadah dengan khusyuk dan luruskan niat hanya untuk Allah semata.
Petugas pun mengingatkan agar jemaah memprioritaskan ibadah yang wajib dan rukun dibandingkan sunnah. “Jangan sampai sibuk mengejar umrah sunnah hingga kelelahan dan jatuh sakit ketika waktunya wukuf di Arafah,” pesannya, Kamis (1/05/2025).
Kesehatan menjadi perhatian utama. Budaya dan iklim yang berbeda di tanah suci bisa menguji daya tahan fisik. “Kadang makannya beda, rasanya juga asing, tapi harus dipaksa makan,” ucapnya dengan senyum, menyelipkan kehangatan dalam pesan praktis itu.
Tak lupa, para jemaah diingatkan bahwa mereka membawa nama baik bangsa. Jamaah Indonesia dikenal santun dan tertib. “Kita ini duta bangsa. Nama baik Indonesia ada di tangan kita,” katanya menegaskan, disambut anggukan dari para jemaah yang tampak bangga.
Namun, ada pula nada waspada dalam pesan-pesan itu. “Berhati-hatilah pada orang asing yang menawarkan jasa,” ucapnya mengingatkan akan maraknya kasus penipuan terhadap jemaah.
Dan pesan terakhir yang paling menyentuh: jangan hanya berdoa untuk diri sendiri. Doakan bangsa, negara, dan umat Islam di seluruh dunia, termasuk saudara-saudara kita di Palestina yang tengah dilanda krisis kemanusiaan.
Ketua PPIH menutup sambutan dengan kalimat yang menggugah: "Insyaallah, dengan ridha Allah, perjalanan ini akan lancar, selamat, dan kembali ke tanah air dengan gelar haji yang mabrur."
Dengan takbir dan air mata haru, para jemaah kloter pertama itu pun bersiap melangkah menuju tanah suci. Mereka bukan hanya membawa koper dan paspor, tapi juga harapan, doa, dan cinta yang tak terukur untuk Sang Pencipta.