Jakarta (Humas MIN 6 Jakarta) — Aula MIN 6 Jakarta dipenuhi semangat baru pada Sabtu (28/6/2025), saat seluruh tenaga pendidik, tenaga kependidikan, dan pengurus komite madrasah mengikuti Workshop Kurikulum Berbasis Cinta (KBC). Mengusung tema “Merangkul Cinta dalam Pendidikan”, kegiatan ini menjadi tonggak awal dalam upaya memperkuat nilai-nilai kasih sayang, empati, penghargaan, dan pemahaman diri dalam proses pembelajaran di MIN 6 Jakarta, sebagai bagian dari penyambutan Tahun Pelajaran 2025/2026.
Kegiatan ini bukan sekadar penguatan kurikulum biasa, melainkan sebuah gerakan pendidikan dengan pendekatan yang menyentuh aspek emosional dan spiritual siswa. KBC bukan pengganti kurikulum nasional, namun hadir sebagai pelengkap yang menyemai cinta dan karakter mulia dalam setiap langkah pembelajaran.
Workshop ini menghadirkan Asmaul Husna, seorang pendidik yang dikenal luas dalam pengembangan pendidikan berbasis karakter dan kasih sayang. Dalam materinya, ia menekankan bahwa pendidikan yang berakar pada cinta akan melahirkan manusia yang utuh, bukan hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga matang secara emosional dan peduli terhadap sesama.
“Kurikulum Berbasis Cinta bukan sekadar metode, melainkan jiwa dari pendidikan itu sendiri. Saat guru mengajar dengan cinta, siswa akan belajar dengan sukacita,” ujar Asmaul Husna dalam sesinya.
Acara dibuka dengan suasana khidmat melalui pembacaan doa, menyanyikan lagu Indonesia Raya dan Mars Madrasah yang dipandu oleh Ibu Supriyati, serta sambutan hangat dari Kepala MIN 6 Jakarta, Tati Rahmawati.
“Kami ingin menghadirkan madrasah yang tidak hanya mencetak siswa cerdas, tetapi juga berakhlak mulia. Ini saatnya guru, orang tua, dan seluruh warga madrasah bersinergi membangun ekosistem pendidikan yang sehat, hangat, dan penuh cinta,” tutur Tati penuh semangat.
Dalam sesi interaktif, para peserta diajak menggali makna cinta dalam praktik sehari-hari di kelas, berbagi pengalaman, serta menyusun langkah-langkah konkret untuk mengimplementasikan nilai-nilai KBC. Diskusi kelompok dan simulasi pembelajaran berbasis empati turut memeriahkan kegiatan ini.
Salah satu peserta, Ibu Desi, guru kelas V, mengungkapkan kesannya, “Workshop ini membuka mata saya bahwa pendidikan yang efektif harus menyentuh hati siswa. Saya jadi lebih sadar pentingnya membangun koneksi emosional sebelum mentransfer ilmu," tuturnya.
Workshop ini juga menjadi momen reflektif bagi seluruh civitas MIN 6 Jakarta bahwa menjadi pendidik bukan hanya tugas profesional, tetapi panggilan hati. Dengan semangat kolaborasi yang kuat, MIN 6 Jakarta berkomitmen menghadirkan suasana belajar yang ramah, menghargai perbedaan, dan menumbuhkan rasa percaya diri dalam diri setiap anak.
Kurikulum Berbasis Cinta diharapkan menjadi inspirasi dan praktik nyata dalam membentuk generasi yang tak hanya pintar, tapi juga peduli, lembut dalam tutur, dan kuat dalam karakter. Sebuah langkah kecil dari MIN 6 Jakarta untuk membangun masa depan yang lebih manusiawi.