Jakarta (Humas MAN 7 Jakarta) – Tilawah QS. Al-Araaf ayat 36 yang dilantunkan oleh Jarel, salah satu peserta didik MAN 7 Jakarta membuka kegiatan pagi madrasah pada Rabu, (20/8/2025) yang digelar di Masjid Daaruth Thalibin. Kajian pagi kali ini menghadirkan Saat Syafaat sebagai penceramah dengan tema mempelajari sesuatu yang abstrak agar menjadi nyata melalui kisah umat terdahulu.
Dalam kajiannya, Saat Syafaat mengisahkan tentang kaum ‘Add, bangsa yang dikenal cerdas dengan pertanian yang maju. Namun, mereka ingkar terhadap seruan Nabi Luth. Allah menguji mereka dengan ujian kecil berupa cuaca dingin ekstrem, yang akhirnya menjadi sebab kehancuran mereka. Kisah ini menjadi pengingat bahwa sehebat apapun sebuah peradaban, jika berpaling dari ajaran Allah, maka kehancuran pasti datang.
Beliau juga menyampaikan kisah kaum Tsamud, umat Nabi Saleh. Mereka memperoleh mukjizat berupa unta betina yang mampu mengeluarkan susu berlebih sebagai tanda kebesaran Allah. Namun, sebagian pengikut Nabi Saleh yang ingkar justru membunuh unta tersebut. Atas perbuatan itu, Allah menurunkan azab berupa petir yang menghancurkan kaum Tsamud. Pesan ini menjadi peringatan abadi bahwa menolak kebenaran akan membawa kebinasaan.
Saat Syafaat menekankan pentingnya mengendalikan emosi. “Marah hanya akan membuat syaraf-syaraf dalam tubuh yang dapat menjadi tegang dan membuat diri tidak baik,” ungkapnya. Ia juga menegaskan bahwa tugas guru adalah membimbing siswa agar beriman, bertakwa, serta berakhlakul karimah tanpa mengenal lelah, bahkan ketika dalam kondisi sakit sekalipun.
Acara tersebut turut dihadiri oleh Pembina Pramuka, Samsul Hidayat, wali kelas XF Yusridah, Waka Humas, Staf Humas, serta Staf Kesiswaan. Doa bersama dan pembacaan QS. Al-Fatihah menjadi penutup kajian, sekaligus memperkuat harapan agar seluruh peserta didik dapat mengambil pelajaran dari kisah-kisah umat terdahulu. Saat Syafaat juga mengingatkan agar siswa menjaga disiplin, khususnya dalam melaksanakan salat tepat waktu.
Di akhir kegiatan, Khalis selaku staf kesiswaan memberikan pesan tambahan tentang pentingnya sistem dalam setiap aktivitas. “Kebenaran yang tidak diiringi dengan sistem akan kalah oleh kebatilan yang tersistem,” ujarnya. Pesan ini menggarisbawahi pentingnya keteraturan dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
Menurut Khalis, madrasah sebagai lembaga pendidikan juga memiliki sistem yang harus dijalankan dengan baik. Siapa pun yang memimpin, jika sistemnya tertata dengan benar, maka madrasah akan berkembang dengan baik. Hal ini sejalan dengan tujuan MAN 7 Jakarta dalam mencetak generasi beriman, berilmu, dan berkarakter yang mampu menghadapi tantangan zaman dengan disiplin dan keteraturan. (nk)