Jakarta (Humas) - Di tengah suasana haru penuh penghormatan, Nur Pawaidudin resmi mengakhiri pengabdian panjangnya sebagai Aparatur Sipil Negara. Pria yang dikenal rendah hati dan bersahaja ini menutup masa tugasnya setelah 31 tahun mengabdi, dengan jejak yang membekas tidak hanya di lembar administrasi, tetapi juga di hati para koleganya.
Mengawali karier sebagai seorang guru, Nur Pawaidudin memegang prinsip bahwa mendidik adalah bagian dari membangun bangsa. Ketekunannya menapaki jenjang birokrasi dengan penuh integritas dan dedikasi, membawanya dipercaya menduduki jabatan strategis sebagai Kepala Bagian Tata Usaha Kanwil Kementerian Agama Provinsi DKI Jakarta.
Bagi rekan-rekannya, Pak Nur begitu ia biasa disapa, bukan hanya sosok birokrat andal, tetapi juga pribadi yang tenang, disiplin, dan penuh kepedulian. Ia dikenal sebagai pribadi yang selalu hadir tepat waktu, teliti dalam menyusun dokumen strategis, dan tak pernah lelah menyempurnakan hal-hal kecil yang sering luput dari perhatian.
“Selama saya berada di Kanwil Kemenag DKI Jakarta, saya sangat terbantu dengan kehadiran Pak Nur. Beliau bukan hanya Kepala Bagian Tata Usaha, tapi menjadi partner penting dalam setiap langkah saya mengambil kebijakan. Ketelitiannya, loyalitasnya, dan cara beliau memahami dinamika kelembagaan sungguh luar biasa,” ujar Kepala Kanwil Kemenag DKI Jakarta, Adib.
Dalam kesempatan tersebut, Adib juga membagikan sebuah momen pribadi yang menurutnya sangat berkesan dan mencerminkan jiwa ASN sejati dalam diri Nur Pawaidudin.
“Saya masih ingat betul, saat beliau sedang dalam kondisi sakit, beliau tetap datang ke kantor untuk mengikuti rapat penting yang berlangsung hingga malam. Tidak banyak yang tahu hal itu, tapi bagi saya itulah bukti nyata dari loyalitas dan tanggung jawab beliau yang luar biasa,” kenangnya.
Momen tersebut menjadi cermin dari nilai-nilai yang selama ini dipegang teguh oleh Pak Nur: tanggung jawab, ketulusan, dan dedikasi total terhadap pekerjaan. Ia bukan hanya datang untuk bekerja, tapi untuk mengabdi.
Kini, setelah ribuan hari menunaikan tugas, Nur Pawaidudin memasuki babak baru: masa purna tugas. Masa yang mungkin lebih tenang, namun tak kalah penting, masa untuk keluarga, masa untuk menikmati hidup yang telah lama diisi dengan kesibukan birokrasi, dan masa untuk merenungkan bahwa pengabdian tak pernah benar-benar selesai, meski jabatan telah dilepas.
Purna tugas bukanlah akhir dari segalanya. Ia hanyalah pergantian panggung. Dan di balik tirai penutup, kisah pengabdian Nur Pawaidudin akan terus hidup dalam ingatan, dalam teladan, dan dalam setiap insan yang pernah belajar dari keteladanan beliau.