Jakarta (Humas Kanwil Kemenag DKI Jakarta) — Siapa sangka, di balik sosok bocah berusia 11 tahun yang sehari-hari membantu ibunya di warung sederhana, tersimpan bakat luar biasa dalam bidang matematika.
Dialah Muhammad Sakhi Fawaz Tsaqib, siswa MIN 9 Jakarta, yang berhasil meraih Juara 3 Bidang Sains – Matematika Tingkat MI pada ajang Jakarta Madrasah Competition 2025.
Setiap sore, selepas belajar, Sakhi tampak sibuk membantu ibunya melayani pembeli di warung kecil depan rumah. Dari aktivitas sederhana itu, ternyata tumbuh ketertarikan yang besar terhadap angka-angka.
Bagi Sakhi, angka bukan sekadar pelajaran di sekolah, tapi bagian dari kehidupannya sehari-hari. Dari menghitung uang, menakar barang, hingga memperkirakan kembalian, semua menjadi latihan berpikirnya.
“Saya sering bantu mama ngitung uang kembalian atau jumlah belanjaan pembeli. Lama-lama jadi suka itung-itungan, terus jadi suka matematika,” ujar Sakhi sambil tersenyum malu.
Kecintaannya pada matematika tidak datang tiba-tiba. Sakhi mengaku, belajar matematika baginya bukan beban. Ia menikmati setiap soal sebagai tantangan yang harus ditaklukkan. “Kalau lagi ngerjain soal susah, saya nggak mau nyerah. Soalnya kalau berhasil nemuin jawabannya, rasanya senang banget,” katanya antusias.
Prestasi di ajang Jakarta Madrasah Competition (JMC) menjadi bukti bahwa semangat belajar bisa tumbuh dari mana saja, bahkan dari kesibukan membantu orang tua di rumah.
Bagi Sakhi, prestasi ini bukan akhir, tapi langkah awal. Ia ingin terus belajar dan bercita-cita menjadi ilmuwan yang bisa membawa manfaat bagi banyak orang.
“Saya pengin terus belajar biar bisa jadi orang yang bermanfaat. Siapa tahu nanti bisa jadi ilmuwan atau guru matematika,” katanya polos.
Kisah Sakhi mengingatkan bahwa semangat dan kecintaan belajar bisa lahir dari hal-hal sederhana bahkan dari warung kecil di sudut kampung Jakarta.