Jakarta (Humas MAN 13 Jakarta) — Di tengah kesibukan dunia pendidikan yang terus berkembang, kabar menggembirakan datang dari MAN 13 Jakarta. Lima siswa berbakat dari Tim Riset Madrasah berhasil mencatatkan prestasi gemilang dengan menyabet medali perak dalam ajang World Science Environment and Engineering Competition (WSEEC) 2025 yang diselenggarakan di Universitas Pancasila, Kamis (22/5/2025).
Di balik medali perak itu, tersimpan cerita perjuangan, kerja keras, dan semangat pantang menyerah. Mereka adalah Rahmania Najma Fadhilah (X-5), sang ketua tim yang penuh semangat; Ramadhana Sadira Marva (X-3), Noura Kalila Riska (X-5), Nirbita Nadinra Laksana (X-5), dan Muhammad Zamra Adn (X-4), yang tergabung dalam tim riset dengan proyek inovatif berjudul “PHITECO: Innovative Dual-Active Anti-Mosquito Spray Formulation”.
Dari Laboratorium Madrasah ke Panggung Internasional
Riset mereka menggabungkan bahan alami: ekstrak kulit Phitecellobium Lobatum Benth dan minyak kelapa murni (VCO), menciptakan semprotan anti-nyamuk ganda yang tidak hanya efektif, tetapi juga ramah lingkungan. Proyek ini berangkat dari kepedulian terhadap masalah penyakit yang ditularkan nyamuk, dan keinginan untuk mencari solusi berbasis sumber daya alam lokal.
“Kami banyak melakukan uji coba. Ada yang gagal, ada yang tidak stabil formulanya. Tapi kami terus mencoba sampai akhirnya menemukan kombinasi yang tepat,” ujar Rahmania, mengenang proses panjang riset yang mereka lakukan selama berbulan-bulan.
Lebih dari Sekadar Lomba
WSEEC bukan sekadar kompetisi biasa. Ajang ini menjadi tempat berkumpulnya ratusan ilmuwan muda dari berbagai negara, mempresentasikan gagasan dan riset mereka dalam bidang sains, lingkungan, dan rekayasa. Bersaing di antara para peserta internasional bukan perkara mudah, tetapi tim dari MAN 13 Jakarta membuktikan bahwa siswa madrasah pun mampu tampil sejajar dan diperhitungkan.
“Kami belajar tidak hanya soal riset, tapi juga bagaimana menyampaikan ide kami dengan percaya diri. Presentasi kami dinilai dari orisinalitas, potensi manfaat, dan cara kami mengkomunikasikan hasil,” tambah Noura, anggota tim lainnya.
Dukungan dari Madrasah yang Tak Pernah Putus
Syifa Dwi Mutia, pembimbing riset sekaligus guru pendamping, menyampaikan rasa bangga dan harunya. “Mereka anak-anak luar biasa. Di tengah aktivitas sekolah dan kegiatan lainnya, mereka tetap fokus, berdiskusi, bahkan sering menghabiskan waktu akhir pekan di laboratorium madrasah. Riset ini bukan hanya soal ilmu, tapi soal karakter dan semangat juang,” tuturnya.
Sebagai Madrasah Riset, MAN 13 Jakarta memang mendorong siswanya untuk berani berpikir kritis, eksploratif, dan solutif. Prestasi ini bukan yang pertama, dan tentu bukan yang terakhir.
“PHITECO dan tim di baliknya telah membuka jalan bagi siswa lain untuk berani meneliti, bertanya, dan mencipta. Dunia sedang berubah, dan kita harus menjadi bagian dari perubahan itu,” ucap Kepala Madrasah, penuh semangat.
Menjadi Inspirasi, Melangkah Lebih Jauh
Kemenangan ini bukan hanya soal medali perak yang kini menghiasi ruang prestasi madrasah, tetapi juga tentang mimpi yang lebih besar: mencetak generasi muda yang peduli, inovatif, dan siap menjadi agen perubahan bagi masa depan.
Dari sebuah laboratorium sederhana di pojok madrasah, hingga panggung internasional, kisah tim PHITECO menjadi bukti bahwa mimpi anak madrasah bisa menembus batas dunia.