Jakarta (Humas Kemenag DKI) --- Kepala Biro Organisasi, Tata Laksana, dan Sumber Daya Manusia Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen), Abdullah Faqih, menekankan pentingnya growth mindset bagi para juara Jakarta Madrasah Competition (JMC) 2025. Dalam sambutannya ia menegaskan bahwa menjadi juara bukanlah tujuan akhir, melainkan awal dari perjalanan pembelajaran berkelanjutan.
"Menjadi juara is not the final destination. Being champion is not the final destination. Ini baru mulai. Harus kita posisikan ini baru mulai. Maka harus terus tumbuh, harus terus belajar," ujar Abdullah Faqih di hadapan 9.000 peserta JMC 2025 yang memperebutkan 590 medali, Sabtu (11/10).
Abdullah Faqih merujuk pada penelitian Carol Dweck, profesor Stanford University yang menulis buku "Mindset". Menurutnya, organisasi yang diisi orang biasa-biasa saja namun memiliki growth mindset akan lebih sukses dibanding organisasi yang diisi talenta hebat tetapi memiliki fixed mindset. "Adik-adik yang punya prestasi ini harus ditambahkan dengan mental atau mindset yang terus tumbuh. Jadi menjadi champion itu bukan tujuan akhir, it's just the beginning," tegasnya.
Pejabat Kemendikdasmen ini menyoroti tantangan era VUCA (Volatile, Uncertain, Complex, Ambiguous) yang penuh ketidakpastian. Ia mengingatkan bahwa profesi dan inovasi yang relevan hari ini bisa jadi tidak lagi dibutuhkan 10 tahun mendatang. "Kita diminta atau harus terus beradaptasi dengan zaman. Yang menang adalah yang terus belajar. Kalau kita tidak mau belajar pasti akan ketinggalan," katanya.
Abdullah Faqih juga mengapresiasi kolaborasi antara Bank Indonesia, Kementerian Agama, Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta, dan Kemendikdasmen dalam menyelenggarakan JMC 2025. "Ini salah satu ciri khas keterampilan abad 21, yaitu kolaborasi. Jadi kita jangan kerja sendiri. Kalau ingin jalan cepat, jalanlah sendiri. Tapi kalau ingin jalan jauh, jalanlah bersama-sama," ujarnya.
Kegiatan JMC 2025 dinilai sejalan dengan visi Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, yaitu Pendidikan Bermutu untuk Semua. "Pendidikan bermutu ini tidak hanya di sekolah umum, tetapi juga di madrasah, di sekolah rakyat, sekolah umum, dan semuanya. Itu konsep kita, visi kita adalah bagaimana mewujudkan pendidikan bermutu untuk semua," jelasnya.
Dalam kesempatan itu, Abdullah Faqih juga membahas tantangan disrupsi teknologi Artificial Intelligence (AI) yang berdampak pada berbagai profesi, termasuk birokrasi pemerintahan. Ia menekankan pentingnya memanfaatkan AI sebagai alat untuk mempercepat pekerjaan, bukan menolaknya. "AI ini jangan sampai mengendalikan kita. Tetapi karena ini sudah ada, inovasi ini tidak bisa ditolak. AI ini harus kita manfaatkan untuk mempercepat kita sampai ke tujuan," katanya.
Abdullah Faqih kemudian membagikan tujuh kebiasaan orang sukses versi Stephen Covey yang diadopsi Kemendikdasmen dalam program pembekalan ASN muda. Ketujuh kebiasaan tersebut adalah: be proactive, begin with the end in mind, put first things first, think win-win, seek first to understand then to be understood, synergize, dan sharpen the saw. "Tujuh prinsip ini kalau kita bisa lakukan, insya Allah kita akan bisa menjadi effective people atau orang yang sukses," jelasnya.
Khusus untuk para peserta yang belum meraih juara, Abdullah Faqih memberikan motivasi agar tidak putus asa. "Teman-teman yang ada 9.000, jangan khawatir, jangan putus asa. Kegagalan adalah keberhasilan yang tertunda. Dengan good mindset, kegagalan adalah jembatan menuju kesuksesan," katanya penuh semangat.
Menutup sambutannya, Abdullah Faqih mengajak para guru untuk terus menjadi inspirasi. "Kepada para guru, teruslah menjadi obor penerang kegelapan. Kita jangan terus-menerus mengutuk kegelapan, tetapi mari kita nyalakan lilin. Inilah prinsip growth mindset," pungkasnya.
Sumber : Humas MTsN 6 Jakarta