Jakarta (Humas MIN 17 Kepulauan Setibu) --- Angin laut berhembus lembut, membelai wajah-wajah kecil yang tengah serius mencatat pelajaran. Suara ombak memecah di kejauhan, berpadu dengan tawa riang yang kadang menyela konsentrasi. Di bawah naungan cemara laut, belasan siswa kelas 4B MIN 17 Kepulauan Seribu duduk rapi di atas tikar, buku dan alat tulis tertata di hadapan mereka. Pagi itu, Senin (11/8), ruang kelas mereka berpindah dari tembok empat sisi ke hamparan pasir putih tepi pantai.
Tikar panjang menjadi “meja belajar”, sementara pepohonan menjadi “atap alami” yang meneduhkan. Tak ada papan tulis besar atau proyektor canggih, hanya papan tulis kecil dan lembar kerja. Namun, justru kesederhanaan ini yang membuat suasana terasa hangat dan akrab. Setiap kali angin menyapu halaman buku, beberapa siswa tersenyum geli, seolah alam pun ikut bermain dalam pelajaran mereka.
Sulha, guru yang memimpin pembelajaran pagi itu, terlihat duduk di tengah-tengah lingkaran siswa. Ia memberikan pelajaran Aqidah Akhlak tentang Kalimat Thayyibah Hauqalah, sambil mengaitkan maknanya dengan kehidupan sehari-hari. “Anak-anak belajar sambil melihat kebesaran ciptaan Allah, ini membuat pelajaran lebih bermakna,” ujarnya.
Menurut Sulha, pembelajaran di alam terbuka ini sengaja dipilih untuk memberi penyegaran setelah rutinitas belajar di dalam kelas. “Belajar di luar membuat anak-anak lebih rileks. Mereka bisa mendengarkan materi sambil merasakan udara segar dan pemandangan indah,” tambahnya sambil mengawasi siswa yang mencatat dengan antusias.
Bagi para siswa, pengalaman ini seperti hadiah tak terduga di awal minggu. Juan Al Rizki, salah satu siswa, bercerita sambil tersenyum malu, “Belajar di sini rasanya beda, lebih semangat. Kalau capek, bisa lihat laut.” Teman-temannya mengangguk setuju, beberapa bahkan mengaku ingin belajar di pantai lebih sering.
Suasana belajar yang santai namun fokus ini menciptakan interaksi yang lebih cair antara guru dan murid. Tanpa sekat meja atau jarak formal, diskusi terasa lebih hidup. Tawa kecil kerap muncul ketika ada pertanyaan lucu atau jawaban unik dari siswa. Seolah, pantai menjadi ruang belajar yang mempersatukan tanpa batas.
Pagi itu, kelas 4B MIN 17 Kepulauan Seribu membuktikan bahwa inovasi pendidikan tak selalu butuh teknologi mahal. Kadang, cukup memindahkan kelas ke alam terbuka, biarkan angin, laut, dan pohon menjadi bagian dari pengajaran. Di tepi pantai, anak-anak belajar bukan hanya dari buku, tapi juga dari kehidupan itu sendiri. (j)