Jakarta (Humas MAN 22 Jakarta) — Tiga Wakil Kepala Madrasah (Bidang Humas,Kesiswaan dan Asrama) Madrasah Ailyah Negeri (MAN) 22 Jakarta menghadiri kegiatan Bedah Film berjudul “Kembali ke Titik” yang diselenggarakan oleh Detasemen Khusus (Densus) 88 Anti Teror Markas Besar Kepolisian Negara Republik Indonesia. Acara ini berlangsung pada Selasa, (20/5/2025), di Gedung Perpustakaan Nasional, Jakarta Pusat, dalam rangka upaya pencegahan paham radikalisme dan terorisme di kalangan masyarakat, khususnya dunia pendidikan.
Acara diawali sambutan oleh Kepala Bagian Tata Usaha (Kabag TU) Kantor Wilayah (Kanwil) Kementerian Agama Provinsi Jakarta, Nur Pawaiduddin, yang mewakili Kepala Kantor wilayah Kementerian Agama Jakarta.
Dalam sambutannya, ia menyampaikan apresiasi atas inisiatif Densus 88 dalam masuk ke kalangan pendidikan sebagai mitra strategis dalam upaya pencegahan radikalisme. “Kita tidak boleh tinggal diam, radikalisme bisa masuk ke ruang-ruang sunyi pendidikan jika kita lalai. Maka sinergi seperti ini harus terus digalakkan,” ujarnya.
Sementara itu, Direktur Pencegahan (Detasemen Khusus) Densus 88, John Weynart Hutagalung, dalam sambutannya menyampaikan bahwa film “Kembali ke Titik” adalah sebuah refleksi nyata dari kisah mantan pelaku terorisme yang berhasil kembali ke pangkuan NKRI. “Film ini bukan hanya edukatif, tapi juga menjadi bahan renungan bersama agar kita tidak mudah terpengaruh oleh paham yang menyesatkan. Pencegahan harus dimulai dari kesadaran bersama,” ungkapnya.
Film yang diputar mengangkat kisah nyata tentang proses deradikalisasi dan perjuangan individu yang sempat tersesat dalam jaringan terorisme, namun kemudian kembali ke jalan yang benar melalui pendekatan kemanusiaan, pendidikan, dan spiritualitas.
Bedah film dilanjutkan dengan diskusi interaktif yang membahas upaya konkret dalam membentengi pelajar dari paparan ideologi kekerasan. Para narasumber dari Detasemen Khusus (Densus) 88 menekankan pentingnya peran lembaga pendidikan dalam membangun nalar kritis, toleransi, dan semangat kebangsaan di kalangan generasi muda.
M. Sholeh, Wakil Kepala Madrasah bidang Asrama MAN 22 Jakarta, menyampaikan bahwa kegiatan seperti ini sangat penting dan relevan untuk membangun ketahanan ideologis di lingkungan madrasah. “Paham radikal tidak mengenal usia. Siswa Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 22 khususnya perlu dibekali dengan narasi-narasi damai, toleransi, dan nasionalisme agar tidak mudah terpengaruh. Film ini memberikan gambaran nyata sekaligus solusi,” ungkapnya.