Berita

Zafira Qurratuaini, Juara MHQ JMC 2025: Cahaya Al-Qur’an di Tengah Keterbatasan Penglihatan

Sabtu, 11 Oktober 2025
blog

Jakarta (Humas Kanwil Kemenag DKI Jakarta) — Di balik suara lembut yang lantang melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur’an, tersimpan kisah keteguhan hati seorang siswi MTsS Pembangunan UIN Jakarta bernama Zafira Qurratuaini. 

 

Pada ajang Jakarta Madrasah Competition (JMC) 2025, Zafira berhasil meraih Juara 1 Musabaqah Hifzil Qur’an (MHQ) tingkat MTs bidang Keagamaan, sebuah prestasi gemilang yang bukan hanya hasil dari hafalan kuat, tetapi juga ketulusan hati dan kesabaran yang luar biasa.

 

Setiap hari, Zafira menjaga hafalannya di juz 29 dan 30, dengan rutinitas yang disiplin. Ia menambah hafalan baru (ziyyadah) sebanyak dua hingga empat halaman setiap kali, dan murojaah atau mengulang hafalan dua hingga tiga juz per hari. “Kita harus ngerti apa yang kita hafalin, ngerti inti dari ayatnya. Kalau cuma cepat baca, belum tentu bisa lama hafalnya,” ujarnya dengan senyum lembut.

 

Ketertarikannya terhadap hafalan Qur’an sudah tumbuh sejak duduk di kelas 6 SD, saat bertemu guru tahfidz yang sangat memotivasinya. “Dari situ aku punya target, semoga hafalan seluruh juz bisa selesai saat MTs,” ungkapnya penuh semangat.

 

Menjelang lomba JMC, Zafira menyiapkan diri dengan penuh kesabaran. “Persiapannya ngulang bacaan berkali-kali. Nggak bisa buru-buru, karena hafalan itu bukan soal cepat, tapi soal kuat memahaminya,” katanya.
 

Dukungan penuh datang dari kedua orang tuanya, yang ia panggil Umi dan Abi. “Umi Abi selalu bilang kalau semua pencapaian ini bukan titik akhir. Mereka memotivasi aku ikut lomba biar hafalanku makin kuat,” tutur Zafira haru.

 

Namun, di balik prestasi itu, Zafira menyimpan kisah yang menggetarkan hati. Saat duduk di kelas 5 SD, ia mengalami peradangan saraf mata akibat infeksi virus di masa pandemi. Kondisi itu membuat penglihatannya terbatas hingga kini. Tapi tidak sedikitpun ia menyalahkan takdir. “Aku nggak pernah marah sama Allah. Aku yakin kasih sayang Allah banyak banget buat aku. Penglihatanku mungkin diambil, tapi Allah yang jaga aku,” tuturnya pelan, namun penuh keyakinan.

 

Bagi Zafira, menghafal Al-Qur’an bukan sekadar prestasi, melainkan jalan hidup. “Menghafal Al-Qur’an itu penting dalam hidup. Allah sebutkan dalam Al-Qur’an, penghafal Qur’an itu mendapat keistimewaan. Aku yakin orang yang hidup bersama Al-Qur’an, hidupnya lebih terjaga,” ucapnya penuh makna.

 

Menutup kisahnya, Zafira menyampaikan rasa terima kasih yang mendalam. “Terima kasih untuk semua guru yang sudah mendidik aku. Semoga Allah selalu menjaga dan membalas kebaikan mereka. Ilmu dari mereka sangat bermanfaat untuk aku,” ujarnya tulus.

 

Di tengah keterbatasan, Zafira membuktikan bahwa kekuatan sejati bukan terletak pada kesempurnaan fisik, melainkan pada hati yang terus berpegang pada kalam Allah. Dalam setiap lantunan ayatnya, tersimpan keyakinan bahwa cinta dan penjagaan Allah adalah cahaya yang tak pernah padam.

  • Tags:  

Terkait

Menu Aksesibilitas

Mode Suara

Ukuran Teks

Monokrom

Tandai Tautan

Tebalkan Huruf

Perbesar Kursor