Berita

Tradisi Bersarung Pada Upacara Hari Santri

Selasa, 23 Oktober 2018
blog

Illustrasi Foto (Kemenag RI DKI Jakarta)

Jakarta (Humas MAN 2) --- Ada  yang berbeda di lapangan MAN 2 Jakarta pada Senin pagi 22 Oktober 2018. Seluruh siswa laki-laki tak mengenakan seragam lengkap dengan jaket almamater seperti biasanya. Pagi itu mereka mengenakan sarung dan baju koko, lengkap dengan sepatu sandalnya. Bukan hendak ke masjidatau mengadakan perayaan hari besar Islam, namun mereka berbaris rapi untuk memperingati Hari Santri Nasional.

Ya, sejak 2015, Presiden menetapkan tanggal 22 Oktober sebagai Hari Santri. Hal ini dilakukan sebagai salah satu penghargaan pemerintah terhadap perjuangan kaum santri beserta para ulama dan kyai dalam menegakkan dan menyiarkan Syariat Islam di Indonesia.

Yuyun Daryumi selaku Pembina upacara, menyampaikan sambutan Menteri Agama berkaitan dengan peringatan Hari Santri. Dengan mengusung tema “Bersama Santri, Damailah Negeri”, diharapkan peringatan Hari Santri tahun ini akanmembawa kedamaian bagi seluruh umat beragama di tanah air.

“Santri tak lagi berjuang di lingkup pesantren, tapi lebih luas dari itu, santri diharapkan dapat menebar ilmu dan kebaikan bagi sesame umat Islam pada umumnya, dan membawa kedamaian bagi seluruh bangsa Indonesia, “ demikian harapan Menteri Agama dalam teks sambutannya.

Sejak dulu santri telah menunjukkan kontribusi dan peran aktifnya dalam segala bidang. KH. Abdurrahman Wahid adalah santri yang sempat terpilih menjadi presiden RI. Sebelumnya, KH. Ahmad Dahlan dan KH Hasyim Asyhari merupakan tokoh Islam yang sangat disegani  masyarakat. Pada masa sekarang, santri tak hanya berkecimpung di dunia pesantren saja, melainkan telah merambah ke berbagai bidang dakwah. Habiburrahman el Shirazy dan Ahmad Fuady adalah contoh dua novelis terkenal yang merupakan santri dan juga berhasil menempuh pendidikan di Universitas Al Azhar Cairo dan di Washington DC. Keduanya memilih jalan dakwah melalui dunia kepenulisan.

Hari Santri Nasional 2018 merupakan momentum bangsa Indonesia untuk memuliakan santri dan memosisikannya sebagai bagian bangsa yang tak lagi dipandang sebelah mata. Santri merupakan kalangan intelektual sekaligus religious, yang menyeimbangkan ilmu duniawi dengan ukhrawi. Semoga di tahun-tahun mendatang akan semakin banyak santri yang muncul menjadi pemimpin bangsa. Dengan demikian terwujudlah bangsa yang baldatun thayyiobatun wa rabbun ghafur, bangsa yang sejahtera, yang senantiasa diberkahi dan diridhai Allah SWT. (Yuyum Daryumi)

Terkait