Jakarta (Humas MIN 21 Jakarta) — Muhammad Azka Al-Malik, siswa kelas 1C MIN 21 Jakarta Timur, mencuri perhatian warga madrasah dengan ketulusan niat dan ketekunannya. Sejak awal tahun, ia secara mandiri menabung Rp5.000 hingga Rp10.000 setiap hari demi bisa membeli kambing qurban. Tak ada paksaan dari orang tua, tak ada lomba antar teman, semuanya lahir dari kesadaran dan keinginan hatinya untuk mendekatkan diri kepada Allah.
Azka memutuskan menabung setiap hari antara Rp5.000 hingga Rp10.000 dari uang jajannya, bukan untuk membeli mainan atau jajan di sekolah, tetapi untuk satu tujuan mulia: berqurban, “Azka ingin punya kendaraan di surga,” ucapnya polos namun penuh keyakinan, saat ditanya mengapa ia begitu gigih menabung untuk membeli kambing qurban.
Keputusan Azka untuk berqurban bukan karena permintaan orang tua, melainkan lahir dari keinginannya sendiri setelah mendengar cerita tentang keutamaan berqurban di sekolah dan dari kisah-kisah Nabi yang sering ia dengar saat mengaji. Semangatnya tak surut meski harus menahan keinginan jajan atau membeli sesuatu yang biasa diidamkan anak seusianya.
Setiap hari, sepulang sekolah, Azka menyisihkan uang yang didapat dari orang tuanya dan langsung dimasukkan ke dalam celengan kecil di rumah. Proses itu berlangsung hampir satu tahun penuh. Hingga akhirnya, pada Hari Raya Idul Adha 1446 H, mimpinya terwujud: satu ekor kambing berhasil ia qurbankan, “Saya kaget waktu menghitung tabungan Azka, ternyata cukup untuk beli kambing. Padahal saya sendiri tidak pernah menyuruh. Semua dia lakukan sendiri,” ungkap Anita, ibunda Azka, dengan mata berkaca-kaca penuh haru.
Kisah Azka ini menjadi inspirasi bagi siswa lain dan bahkan para guru di MIN 21 Jakarta. Kepala madrasah dan dewan guru menyebutnya sebagai contoh nyata nilai pendidikan karakter dan spiritual yang berhasil ditanamkan melalui pembelajaran dan lingkungan madrasah, “Azka adalah bukti bahwa jiwa qurban bisa tumbuh dalam diri anak-anak jika kita tanamkan nilai-nilai agama dengan penuh kasih. Ini bukan hanya soal hewan qurban, tapi tentang keikhlasan dan cinta kepada Allah sejak usia dini,” ujar salah satu guru kelasnya, Nurjanah.
Pelaksanaan ibadah qurban di MIN 21 Jakarta tahun ini diselenggarakan pada hari tasyrik, Minggu, 8 Juni 2025, dengan menyembelih dua ekor sapi dan lima ekor kambing. Hewan-hewan tersebut berasal dari partisipasi guru, siswa, orang tua, dan masyarakat sekitar.
Salah satu kambing di antara yang disembelih itu adalah milik Azka. Ia menyaksikan sendiri proses penyembelihannya, berdiri di antara para guru dan panitia, menggenggam erat tangan ibunya. Wajahnya tampak tenang dan bahagia, seolah menyadari bahwa apa yang dilakukannya adalah bentuk cinta kepada Sang Pencipta.
Kisah Azka bukan sekadar cerita anak yang berhasil menabung. Ini adalah kisah tentang iman yang sederhana tapi dalam, tentang cita-cita menuju surga yang dibangun dari koin-koin kecil penuh keikhlasan.
Sebagaimana yang tertulis dalam Surah Al-Hajj ayat 37, “Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kalianlah yang dapat mencapainya.” Maka, di usia belianya, Azka telah memahami esensi itu: qurban bukan tentang besar atau kecilnya hewan, tapi tentang ketulusan hati.
“Kalau bisa, teman-teman Azka juga nabung buat qurban. Biar bisa punya kendaraan di surga juga,” ucap Azka, tulus, sembari tersenyum.