Jakarta (Kemenag) –Perjuangan tiga tim riset MAN 2 Jakarta dalam kompetisi riset tingkat internasional berhasil gemilang. Setelah mengikuti berbagai tahapan kompetisi yang cukup ketat, akhirnya keseluruhan tim berhasil meraih medali emas. Penganugerahan penghargaan yang diselenggarakan di Teater Besar Taman Ismail Marzuki Jakarta Pusat pada 25 April 2025 ini diliputi dengan suasana meriah. Seluruh peserta lomba yang berasal dari berbagai daerah antusias menunggu keputusan dewan juri.
Kepala Kanwil Kementerian Agama Provinsi DKI Jakarta, Adib, dalam sambutannya berharap agar ajang ini dapat memeperkokoh serta memperkenalkan hasil riset anak bangsa ke mancanegara.
“Kegiatan ini menjadi bukti nyata dari antusiasme lembaga pendidikan terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan riset di kancah global.” tegas Adib.
Meskipun Festival yang diikuti oleh beberapa negara ini berlabel Sains, namun nyatanya beberapa bidang penelitian pun digelar. Penelitian bidang sosial misalnya, MAN 2 Jakarta mengambil penelitian sosial berjudul Bayar Bayar Bayar: A Phenomenology of Sukatani’s Song Controversy - Freedom of Expression and Limits of Sosial Criticsm in Indonesia. Penelitian ini berngkat dari fenomena lagu “Bayar Bayar Bayar” dari Band Sukatani yang sempat marak diperbincangkan di media sosial dan menggiring opini publik yang beragam. Fenomena kritik sosial melalui lagu ini tentu saja memicu banyak kalangan, termasuk remaja MAN 2 Jakarta. Faktanya, hasil penelitian menunjukkan bahwa opini publik sangat berpengaruh terhadap cara pandang remaja. Penelitian ini berhasil membuat juri menempatkan MAN 2 Jakarta di posisi tertinggi bidang penelitian Sosial tingkat SMU.
Selain tiga medali emas di bidang Kimia dan Sosial, MAN 2 Jakarta mendapat penghargaan khusus berupa medai emas dari lembaga Riset Malaysia (Malaysia Young Scientist Accociations).
Penelitian lain di bidang kimia tak kalah menarik. Hatta beserta lima rekannya misalnya, memilih riset tentang Revoira: Smart Bottle Waste Sorting System using Internet of Things and Computer Vision based on Deep Learning. Menurutnya, penelitian ini sangat membantu siswa agar tidak salah memasukkan sampah ke dalam tempanya. Tempat sampah yang menggunakan aplikasi Revoira ini akan menunjukkan sinyal berupa alarm jika kita memasukkan sampah tidak sesuai dengan jenisnya. Seperti diketahui, tempat sampah yang yang sudah dibedakan dengan warna hijau untuk organik, kuning untuk anorganik dan lainnya ternyata masih belum efektif. Tentu saja ini sejalan dengan program Adiwiyata di MAN 2 Jakarta yang akan melaju ke tingkat nasional.
Hatta dan tim riset MAN 2 Jakarta tak berhenti sampai di sini. Mereka akan terus menyempurnakan aplikasi ciptaan mereka agar diraasakan lebih luas oleh masyarakat, “Selain untuk diikutkan dalam ajang riset internasional beberapa bulan ke depan, kami berharap agar penilitian kami ini dapat dirasakan manfaatnya oleh masyrakat umum,” pungkasnya saat ditemui di TIM usai menerima penghargaan.
Benarlah apa yang dikatakan saintis muda ini. Riset bukan semata demi meraih penghargaan, riset tak hanya pencapaian dan euforia sesaat, namun riset adalah bukti inovasi dan pengabdian untuk keberlanjutan hidup yang lebih baik. (Yuyum D)