Depok (Humas Kepulauan Seribu) — Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Kepulauan Seribu, Nasruddin, turut menghadiri acara Launching Gerakan Penanaman 1 Juta Pohon Matoa dalam rangka memperingati Hari Bumi ke-55 Tahun 2025 yang dirangkaikan dengan Peletakan Batu Pertama Pembangunan Pondok Pesantren Istiqlal Internasional Indonesia (PPIII). Acara tersebut dilaksanakan di Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII), Depok, pada Selasa, (22/04/2025).
Kegiatan ini diinisiasi oleh Kementerian Agama Republik Indonesia sebagai bagian dari implementasi program ekoteologi dan komitmen nyata Kemenag dalam mendukung pelestarian lingkungan hidup, sejalan dengan semangat Hari Bumi yang mengusung kepedulian global terhadap krisis iklim dan keberlanjutan alam.
Menteri Agama RI, H. Nasaruddin Umar, yang turut hadir dan memimpin langsung prosesi penanaman pohon matoa, menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari delapan program prioritas nasional Kementerian Agama periode 2025–2029, dengan fokus pada penguatan nilai-nilai keagamaan dalam menjawab tantangan ekologis.
“Kami lakukan gerakan ini bersama keluarga besar Kementerian Agama dan para tokoh lintas agama untuk memberi teladan dalam pelestarian alam. Ini bukan sekadar seremoni, tetapi manifestasi dari nilai-nilai keagamaan yang mendorong manusia untuk menjaga ciptaan Tuhan,” ujar Menag.
Ia menambahkan bahwa gerakan ini bukan hanya aksi simbolis, tetapi sebuah upaya kolektif membangun kesadaran ekologis berbasis agama.
“Gerakan bersama masyarakat ini menjadi contoh nyata dan praktik baik dalam menghadapi fenomena krisis iklim global. Tujuannya bukan hanya menanam pohon, tetapi menanam kesadaran ekologis dalam hati setiap individu. Kita ingin menciptakan lingkungan hidup yang lebih hijau, lebih sehat, dan berkelanjutan melalui nilai-nilai iman dan spiritualitas,” tambahnya.
Menag juga menegaskan bahwa isu lingkungan hidup merupakan isu strategis nasional yang tak bisa dipisahkan dari pendekatan keagamaan.
“Masalah lingkungan bukan hanya urusan kementerian teknis atau aktivis lingkungan, tapi menjadi agenda bersama yang melibatkan semua sektor, termasuk institusi keagamaan. Dengan gerakan ini, Kementerian Agama menunjukkan komitmennya untuk terus berperan aktif dalam gerakan hijau berbasis nilai-nilai agama,” jelasnya.
Lebih lanjut, Menag menjelaskan bahwa nilai-nilai pelestarian lingkungan sudah tertanam kuat dalam ajaran semua agama.
“Agama kaya akan nilai pelestarian lingkungan. Dalam Islam, misalnya, ada konsep khilafah—manusia sebagai pemelihara dan penjaga bumi. Dalam Hindu ada Tri Hita Karana yang menekankan harmoni antara manusia, alam, dan Tuhan. Katolik mengenal ensiklik Laudato Si' yang menyerukan perlindungan terhadap bumi sebagai rumah bersama. Semua agama membawa pesan penting: merawat bumi adalah bagian dari ibadah,” paparnya.
Sebagai penutup, Menag mengutip sabda Rasulullah SAW yang sangat relevan dengan gerakan ini.
“Nabi Muhammad SAW pernah bersabda, ‘Jika Kiamat akan tiba dan di tanganmu ada bibit pohon, maka tanamlah.’ Itu pesan luar biasa—bahwa merawat bumi adalah tugas abadi, bahkan di ujung kehidupan sekalipun,” pungkasnya.
Acara tersebut turut dihadiri oleh sejumlah tokoh penting nasional dan internasional, antara lain Menko PMK Pratikno, Mendagri Tito Karnavian, Kepala BPJPH Ahmad Haikal Hasan, Kepala BPKH Fadlul Imansyah, Duta Besar Uni Emirat Arab, Duta Besar Kuwait, utusan Panglima TNI dan Kapolri, Wakil Menteri Pertanian, Walikota Depok Mohammad Idris, serta para tokoh lintas agama dan undangan lainnya.