Jakarta [inmasJP] – H. Syarifuddin, MA memberikan tausiyah dalam acara Tasyakuran HAB ke-73 di aula MH Thamrin Kankemenag Kota Jakarta Pusat, Jum’at (18/01). Tema tausiyah siang itu masih berkaitan dengan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW.
Maulid atau maulud yang dalam bahasa Arab berarti hari lahir merupakan peringatan hari lahir Nabi Muhammad SAW yang diperingati setiap 12 Rabiul Awal penanggalan Hijriah. Hal ini menjadi tradisi yang berkembang di masyarakat Islam bahkan sebelum Rasulullah wafat pada 8 Juni 632 M.
Peringatan Maulid Nabi pertama kali dilakukan Raja Irbil bernama Muzhaffaruddin Al Kaukabri pada awal abad ke-7 Hijriah. Hal ini diriwayatkan Ibnu Katsir di Kitab Tarikh bahwa Sultan Muzzhaffar mengadakan peringatan Maulid Nabi pada Bulan Rabiul Awal secara besar-besaran.
Beliau juga menjelaskan dalam Qs Al Ahzab/33 ayat 21, “Sungguh, telah ada pada diri Rosulullah itu suri teladan yang baik bagimu, yaitu orang yang mengharap pada (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan yang banyak mengingat Allah”.
“Rasulullah merupakan teladan sebagai Suami, Ayah dan Pimpinan Umat Islam,” jelas mantan Ketua Pokjaluh Kota Jakarta Pusat ini. “Beliau menikah lagi setelah monogami sekian puluh tahun,” sambungnya.
/j15