Jakarta (Kemenag) — Menteri Agama Nasaruddin Umar secara resmi membuka Masa Taaruf Siswa Madrasah (Matsama) tahun ajaran 2025/2026 yang dilaksanakan serentak di seluruh madrasah se-Indonesia. Pembukaan Matsama dipusatkan di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 4 Jakarta pada Senin (14/7/2025).
Dalam sambutannya, Menag Nasaruddin mengaku bangga atas kemajuan pendidikan madrasah di Indonesia. Ia bahkan membagikan cerita pribadi bahwa ketiga anaknya adalah lulusan MAN 4 Jakarta dan kini semuanya telah menjadi dokter. Bahkan, ada yang melanjutkan studi di Australia dan Institut Teknologi Bandung (ITB) dengan beasiswa.
“Ketiga anak saya sekolah di sini dan semuanya menjadi dokter. Bahkan ada yang lanjut ke ITB dan kuliah di Australia. Itu bukti bahwa madrasah bisa bersaing dan bahkan unggul,” ungkap Menag.
Menurutnya, keberhasilan tersebut menunjukkan bahwa madrasah mampu melahirkan generasi unggul dalam bidang duniawi dan ukhrawi. Oleh karena itu, Menag menegaskan bahwa madrasah tidak boleh dipandang sebagai lembaga pendidikan biasa. Madrasah memiliki tanggung jawab lebih besar, yaitu membentuk manusia yang pintar sekaligus arif.
Dalam kesempatan tersebut, Menag mengisahkan cerita klasik tentang kejujuran Syekh Abdul Qadir Jailani yang mampu menyentuh hati perampok di padang pasir. Ia juga menceritakan kisah seorang anak yang tidak bisa shalat dan membedakan mana yang benar dan salah akibat kelalaian orang tuanya dalam mendidik agama.
“Anak itu berkata, ‘Saya tidak pernah diajarkan (orang tua)’. Akhirnya, orang tuanya ikut diseret ke neraka karena lalai dalam pendidikan agama,” tutur Menag.
Menag Nasaruddin menjelaskan bahwa dalam konsep tasawuf, istilah ‘murid’ bermakna lebih dalam dibanding sekadar ‘siswa’. Murid adalah orang yang sungguh-sungguh mencari ilmu Allah, sementara mursyid adalah pembimbing spiritual. “Semua mursyid adalah guru, tapi tidak semua guru adalah mursyid. Maka madrasah mengajarkan lebih dari sekadar pelajaran, tapi juga jiwa dan nilai,” tegasnya.
Menag juga menekankan pentingnya peningkatan kapasitas guru madrasah, baik secara spiritual maupun metodologis. Guru diibaratkan seperti gergaji yang harus terus diasah agar tetap tajam dalam menyampaikan ilmu.
“Kalau guru tidak pernah diasah, maka seperti gergaji tumpul. Akan sulit memotong, meski kayunya lunak,” ujarnya.
Turut hadir dalam acara tersebut Dirjen Pendidikan Islam Amien Suyitno, Sesditjen Pendidikan Islam Arskal Salim, Direktur Kurikulum, Sarana, Kelembagaan, dan Kesiswaan (KSKK) Madrasah Nyayu Khodijah, Direktur Guru dan Tenaga Kependidikan Thobib Al Asyhar, Kakanwil Kemenag DKI Jakarta Adib, ratusan siswa madrasah yang hadir langsung di MAN 4 Jakarta, serta ribuan siswa lainnya yang mengikuti secara daring dari berbagai daerah di Indonesia.