Jakarta (Inmas) --- Ditengah keriuhan jemaah haji kelompok terbang JKG 27 yang baru saja tiba di ruangan Serba Guna 2 Asrama Haji Pondok Gede Jakarta, Rabu (19/09) malam, mata kami terpaku pada sepasang kakek dan nenek. Keduanya berjalan ditengah ruangan, bergandengan satu dengan lainnya.
Tangan kanan laki-laki tua itu menggenggam erat tangan perempuan tua disampingnya, sementara tangan kirinya memegang tongkat kayu yang dijadikan tumpuan untuk berjalan. Sesekali lelaki tua tersebut menoleh dan merangkul pasangannya, seakan-akan hendak memastikan perempuan itu tak kesulitan mengikuti langkahnya. Kami pun mendekat ke arah mereka.
“Assalamu’alaikum engkong.., “ sapa kami.
“Wa’alaikumussalam Wa rahmatullahi wa barakatuh,” jawab si kakek lantang. Suaranya, menyiratkan kegembiraan. Sementara si nenek mengangguk sambil tersenyum.
Mereka menghentikan langkahnya, bersedia untuk berbincang sebentar dengan kami. Engkong Madinah (78) baru saja tiba dari tanah suci malam ini. Meskipun telah menempuh perjalanan panjang, tak tersirat kelelahan di matanya. Sebaliknya, matanya berbinar ketika bercerita pengalamannya berhaji tahun ini. Ia amat bersyukur tahun ini dapat berangkat haji bersama sang istri tercinta, Nek Kunyil.
“Alhamdulillah bisa pergi haji. Boleh nabung itu, sama jual tanah dikit bakal nambahin,” ceita Nek Kunyil dengan logat betawi yang kental.
“Alhamdulillah berkah banget, bisa pergi haji berdua,” tambah Engkong Madinah sambil merangkul penuh kasih Nek Kunyil, seakan tak ingin terpisah dengan belahan jiwanya tersebut.
Kakek dari 20 orang cucu dan 5 cicit ini mengaku pergi haji merupakan kebahagiaan paling besar yang dia rasakan selama hidupnya. Lebih-lebih, di tanah suci beliau mampu melaksanakan tujuh kali umroh.
Tak hanya itu, matanya makin berbinar ketika bercerita bagaimana ia mampu mendaki Jabal Nur untuk melihat Gua Hira. Perjalanan menuju Gua Hira, menurutnya ditempuh sejak pukul 02.00 WAS. Bersama rombongannya, beliau mendaki jabal nur. Tongkat yang dipakainya saat ini, ia beli di wilayah jabal nur untuk membantu memudahkan tubuh renta nya tersebut mendaki. Hatinya bahagia begitu dapat menyaksikan sendiri Gua Hira, tempat Rasulullah menerima wahyu pertamanya.
“Alhamdulillah kemurahan Allah, kekuasaan Allah, Engkong bisa nyampe ke Gua Hira,” tuturnya tanpa melepaskan rangkulannya dari sang istri.
Penasaran, kami pun bertanya, “Engkong, dari tadi neneknya dipelukin mulu, mesra amat siy ?”, tanya kami.
“Iye, kangen.. pulang haji perasaan kaya balik muda lagi,” tuturnya sambil terkekeh.
Nek Kunyil pun mengangguk tanda setuju. “Alhamdulillah kita juga bisa ke Jabal Rahmah berdua, Alhamdulillah kite bisa sampe ke sana, Alhamdulillah…,” sambung Nek Kunyil. Di Jabal Rahmah, mereka melaksanakan solat subuh berjamaah.
Nek Kunyil mengaku amat bahagia,bisa bersama dengan suami tercinta menapak tilas tempat yang dikisahkan menjadi tempat pertemuan Adam dan Hawa tersebut. Napak tilas yang dilakukan selama perjalanan haji yang mereka tempuh, ternyata membuat pasangan yang telah bertemu sejak 58 tahun yang lalu ini menjadi semakin cinta satu sama lain.
“Gak tau, rasanye makin cinta. Perasaan niy kaya balik muda lagi. Inget waktu kita pertama ngelancong tahun 59 dulu,” sahut Engkong Madinah menutup perbincangan. (ilm)