Berita

Ocehan Dua Wartawan di MAN 9

Selasa, 5 Februari 2019
blog

Illustrasi Foto (Kemenag RI DKI Jakarta)

Jakarta (Humas MAN 9) --- Pena wartawan lebih tajam dari seribu peluru. Ungkapan tentang besarnya pengaruh media massa ini disampaikan oleh seorang wartawan, Syahrial Mayus dalam acara Workshop Jurnalistik di MAN 9 Jakarta, Selasa, (8/1). Hadir bersamanya memberi materi seputar jurnalistik Syaifullah Abu Bakar dari MNC TV.

Workshop Jurnalistik ini berlangsung di Aula MAN 9 Jakarta yang terletak di lantai dua. Di ruang ber – AC dan berkarpet merah ini turut hadir Anggota Dewan Redaksi Majalah Eksis, yaitu majalah internal sekolah. Selain itu, tampak hadir ketua dan sekretaris dari 28 ekskul serta beberapa guru dan terutama di barisan terdepan siswa-siswi yang tergabung dalam Ekskul Jurnalistik. Mereka sangat antusias mengikuti workshop ini dan beberapa orang sempat menyampaikan pertanyaan kepada dua orang narasumber. Acara berjalan serius namun santai diselingi tawa karena guyonan dari Syahrial Mayus dan Syaifullah Abu Bakar.

Pembina OSIS MAN 9 Jakarta, Riher yang membuka acara mengatakan bahwa ini merupakan bagian dari program kehumasan yang bertujuan agar semakin banyak siswa MAN 9 yang melek media dan bisa menulis berita sesuai ilmu jurnalistik.

“Jurnalistik adalah bagian dari komunikasi massa. Meski para tokoh komunikasi atau tokoh jurnalistik mendefinisikan berbeda-beda, namun pada hakikatnya sama. Secara harfiah, jurnalistik (journalistic) berarti kewartawanan atau hal-ihwal pemberitaan,” ujar Syahrial Mayus.

Pria yang akrab disapa Mayus ini menjelaskan, fungsi jurnalistik ada empat. Yaitu, fungsi pendidikan, fungsi informasi, fungsi hiburan dan fungsi kontrol sosial.

“Jurnalistik tidak hanya sebatas menyampaikan informasi yang berkaitan dengan suatu peristiwa. Tetapi juga menyampaikan gagasan yang berkaitan dengan kepentingan masyarakat luas,” jelas lulusan MAN 9 tahun 95 itu.

Terkait kontrol sosial. Mayus mengungkap bahwa sebetulnya pena wartawan itu lebih tajam dari seribu peluru. Ini sebuah kiasan bahwa hasil kerja wartawan yang dimuat dan dipublikasikan oleh media massa memiliki daya tekan yang jauh lebih kuat. “Bayangkan, hasil liputan wartawan dimuat di media massa, lalu disebar melalui pesan berantai di media sosial seperti twitter dan facebook. Ribuan bahkan jutaan pembaca akan tahu bobroknya sebuah kebijakan pemerintah,” ujar Mayus memberi perumpamaan.

Lalu, Mayus mengatakan bahwa semua orang layak menjadi wartawan atau pemberi berita. Setiap orang adalah wartawan, Hanya saja bagaimana tulisan yang baik menurut kaidah jurnalistik. Mayus mengatakan untuk menulis berita panduannya adalah 5W 1H. Yaitu, What (apa), When (kapan), Who (siapa), Where (dimana), Why (mengapa), dan How (bagaimana).

Berbicara jurnalistik adalah berbicara fakta. Sebuah tulisan jurnalistik haruslah bersumber dari fakta, bukan opini atau asumsi si reporter. Itu sebabnya, harus ada sumber berita yang jelas dan dapat dipercaya.

“Ada beberapa syarat sumber berita. Pertama, layak dipercaya, meski kelihatan mudah, tapi wartawan yang belum berpengalaman akan mewawancarai sumber yang diragukan kebenaran omongannya. Jadi harus jeli dan kritis ketika mengamati peristiwa atau kejadian dan siapa saja yang terlibat di dalamnya,” jelas Mayus.

Kemudian, selain layak dipercaya, bahwa narasumber haruslah orang yang berwenang dan berkompeten. Kemudian, narasumber haruslah orang yang terkait langsung dengan peristiwa yang menjadi liputan.

Mayus mengungkap bahwa belakangan hasil kerja wartawan banyak yang bermuara di media sosial. Salah satunya twitter. “Twitter itu seperti aliran air. Ketika kita buka twitter, banyak berita mengalir deras yang terkadang tidak kita klik. Jurusnya adalah pada pilihan judul. Judul harus dibuat semenarik mungkin. Karena, ada satu ungkapan, anjing menggigit orang bukanlah berita. Namun Orang menggigit anjing barulah berita,” ini cara agar tulisan kita dibaca orang. Hal ini disampaikan Mayus dalam menjawab pertanyaan dari seorang peserta bernama Vera.

Sementara itu, Syaifullah Abu Bakar dari MNC TV menyampaikan materi terkait jurnalistik televisi, terutama soal video. Materi yang dipaparkan dalam bentuk power point ini mengungkap cara mengambil gambar melalui video.

Lulusan MAN 9 tahun 2000 ini menghimbau agar peserta tidak buta media. Seperti gampang percaya kepada berita-berita hoax, tanpa mencari tahu kebenarannya lalu ikut menyebarkan berita yang sebenarnya adalah hoax.

Acara Workshop Jurnalistik di MAN 9 Jakarta ini berakhir pukul 12 siang. Selanjutnya para peserta diminta berlatih menulis berita dan membuat video. Karena keterbatasan waktu, para peserta diminta mengirim hasil tulisan dan video mereka ke alamat email Mayus dan Syaiful./sm

Terkait