Berita

NGAJI RUTIN KITAB TALIM MUTA’ALIM DI MTS N 39, SISWA DAN GURU ANTUSIAS

Jumat, 23 November 2018
blog

Illustrasi Foto (Kemenag RI DKI Jakarta)

Jakarta (Humas MTs N 39) --- Program Jumat ngaji kitab kuning yang dicanangkan mulai Juli 2018 di MTs N 39 terus bergulir secara rutin. Walaupun hanya 1 bulan sekali namun kegiatan ini selalu rutin diadakan, berselang seling dengan kegiatan Jumat lainnya, seperti Jumat shalat dhuha, Jumat sehat dan Jumat bersih.

Sebagai program baru kegiatan ini cukup diminati siswa, sebab hal ini merupakan pengalaman yang baru, apalagi kitab yang dibaca oleh para siswa itu diberikan secara gratis.

Memasuki bulan Nopember 2018, ngaji kitab kuning sudah memasuki seri kelima. Tentu untuk ukuran waktu 5 bulan kegiatan belajar yang baru mencapai 5 seri terasa sangat sedikit. Namun mengingat padatnya kegiatan madrasah 5 seri sudah cukup bagus, setidaknya di tahun pertama ini sudah berjalan lancar dulu.

Seri kelima ngaji kitab kuning, yaitu Kitab Ta’lim Mut’allim dipimpin oleh Ustadz Taryono, MSc. Ngaji dilakukan model sorogan ala pesantren dimana para siswa duduk membuka kitabnya kemudian menyimak dan memberi arti pada teks kitab yang dibaca, sementara sang ustadz membacakan kitab sambil mengartikan per kata dan kalimat kemudian menjelaskan makna umumnya.

Seri kelima ini ngaji kitab Ta’lim masih membahas pasal 1 mengenai hakikat ilmu, hukum mencari ilmu dan keutamaannya. Salah satu yang dibahas pada hari ini adalah pentingnya ilmu dalam kehidupan seorang muslim.

Dalam pembahasannya, Taryono menjelaskan bahwa Imam Zarnubi sang pengarang kitab Ta’lim itu meletakkan ilmu dalam kerangka beragama atau beribadah. Bahwa ilmu yang baik adalah ilmu yang dimanfaatkan sesuai tujuan agama, yaitu mengantarkan manusia untuk bertakwa kepada Allah. Jadi ilmu yang dipelajari oleh siapapun dalam pandangan seorang muslim akan dikatakan benar jika ilmu itu mampu membuat orang yang mempelajari itu semakin bermanfaat kepada sesama dan bertakwa kepada Allah.

Menurut, Taryono selaku wakil kesiswaan, waktu mengaji yang relatif singkat memang terasa kurang untuk mengaji kitab dimana disana ada kegiatan membaca dan menterjemah. Namun demikian, menurutnya, sebagai program baru minimal sudah berjalan rutin, lancar dan yang paling penting siswa dan para guru antusias dalam mengikuti ngaji kitab kuning ini.

Hal itu terlihat bagaimana para siswa dan guru tekun menyimak, dan aktif menerjemah per kata dengan tulisan miring pada teks dalam kitab yang dikaji. Dan, adanya antusisme ini merupakan keberhasilan awal  dimana memang tujuan dari ngaji kitab kuning ini untuk mengenalkan tradisi pesantren kepada para siswa. AR

Terkait