Jakarta (Humas MIN 21 Jakarta) MIN 21 Jakarta Timur memperingati upacara peringatan hari pendidikan nasional di lapangan madrasah dengan menggunakan pakaian adat dari berbagai macam daerah pada Jumat (2/5/2025).
Upacara diikuti oleh seluruh peserta didik MIN 21 Jakarta, para guru dan tenaga kependidikan. Bertindak sebagai petugas upacara adalah pasukan inti pengibar bendera MIN 21 Jakarta. Pembina upacara dipimpin oleh Kepala MIN 21 Jakarta Ecep Hasanudin dengan menggunakan pakaian adat dari Betawi.
Ecep Hasanudin dalam amanahnya sebagai pembina upacara mengatakan “Dalam Rangka memperingati hari pendidikan nasional yang jatuh pada tanggal 2 Mei kita akan mengingat tokoh pendidikan nasional Kihajar Dewantara. Kihajar Dewantara lahir di Yogyakarta tanggal 2 Mei tahun 1889. Tiga semboyan Pendidikan Ki Hajar Dewantara adalah Ing ngarsa sung tulada, Ing madya mangun karsa, dan Tut wuri handayani”.
Semboyan Pendidikan Kihajar Dewantara ini memiliki pengertian di depan memberi contoh tauladan yang baik. Di tengah membangkitkan atau menggugah semangat dan di belakang memberikan dorongan dan semangat kerja. Ketiga semboyan ini menjadi prinsip pendidikan yang harus diterapkan.
Ecep menambahkan makna dari semboyan pertama Ing ngarsa sung tulada yang berarti didepan menjadi contoh. Kepala madrasah harus menjadi contoh tauladan, bapak ibu guru harus bisa menjadi contoh tauladan yang baik. Keteladanan bapak dan ibu guru di tunjukkan dengan menunjukkan integritas dan disiplin, datang tepat waktu dan menjalankan tugas dengan tanggung jawab, juga mematuhi aturan sekolah dan memberi tauladan tentang kedisiplinan dan kejujuran.
Bapak ibu guru mendidik dengan keteladanan akhlak, berberbicara dengan sopan, bersikap adil, sabar, dan menghargai siswa. Siswa akan meniru nilai-nilai itu dalam kehidupan mereka. Mendorong semangat belajar sepanjang hayat, guru terus belajar, mengikuti pelatihan, dan meningkatkan kualitas diri. Guru menghargai perbedaan dan menanamkan toleransi, guru bersikap inklusif dan adil menjadi contoh bagaimana hidup rukun dalam perbedaan.
Di momen Hardiknas guru membangun semangat nasionalisme dan cinta tanah air. Guru menanamkan nilai-nilai kebangsaan dengan mengenalkan tokoh-tokoh pendidikan seperti Ki Hadjar Dewantara dan menerapkan semboyannya, “Ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani.”
Peserta didik juga harus menjadi contoh tauladan yang baik seperti bapak ibu guru, kelas enam menjadi contoh tauladan bagi kelas lima, kelas lima menjadi contoh tauladan yang baik bagi kelas empat dan begitu seterusnya. Kelas satupun menjadi contoh tauladan yang baik bagi adik-adiknya di rumah. Semboyan kedua Ing madya mangun karsa, di tengah menggugah semangat. Ketiga tut wuri handayani, dibelakang harus menjadi motivasi dan penyemangat. /njn