Berita

Melangkah dengan Hati, Awal Pengabdian untuk Tamu Allah

Rabu, 30 April 2025
blog

Jakarta (Humas Kemenag DKI) – Di bawah langit cerah Pondok Gede, pagi ini tak hanya diwarnai oleh derap langkah petugas berseragam rapi. Ada sesuatu yang lebih dalam dari sekadar apel pagi, tekad dan doa dalam diam, bahwa mereka siap memulai tugas paling mulia, melayani tamu-tamu Allah.

 

Adalah Adib Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi DKI Jakarta, yang berdiri tegak di hadapan barisan Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Embarkasi Jakarta, Pondok Gede. Dengan suara lantang namun hangat, ia membakar semangat para petugas yang akan menjadi ujung tombak pelayanan bagi ribuan jemaah haji tahun ini.

 

“Jangan anggap ini sekadar tugas rutin. Ini pengabdian. Kita melayani tamu-tamu istimewa yang dipanggil langsung oleh Allah untuk menunaikan rukun Islam kelima. Maka layani dengan hati, layani dengan sepenuh jiwa,” ucapnya, disambut anggukan hormat para petugas.

 

Mulai besok pagi, ratusan calon haji akan datang dan meninggalkan tanah air demi menjemput panggilan suci.

 

Petugas yang berdiri pagi itu bukan hanya dari Kementerian Agama. Mereka datang dari lintas sektor. Masing-masing memegang peran penting, dari memeriksa dokumen, mendampingi jemaah lansia, hingga memastikan nasi kotak sampai hangat ke tangan jemaah.

 

Adib pun menekankan bahwa melayani jemaah haji tidak cukup hanya dengan hadir, tetapi harus dengan sepenuh hati dan kesiapan total. Ia merangkum pesan kepemimpinannya dalam tiga kata kunci yang sederhana namun sarat makna: kompak, kompeten, dan responsif.

 

Tiga prinsip itu, menurutnya, bukan sekadar jargon, tapi fondasi pelayanan yang harus melekat dalam setiap langkah petugas. “Tanpa kekompakan lintas instansi, pelayanan akan pincang. Tanpa kompetensi, jemaah akan bingung. Dan tanpa responsivitas, kita bisa kehilangan momen penting dalam membantu mereka,” tegasnya mengingatkan bahwa setiap tindakan petugas bukan hanya pelayanan teknis, tapi juga ibadah.

 

Pada apel pagi itu, tidak hanya pengarahan yang dilakukan. Simulasi keberangkatan digelar secara menyeluruh, menggambarkan betapa kompleksnya alur pelayanan, mulai dari pengecekan dokumen, pemeriksaan kesehatan, hingga naik bus menuju bandara.

 

“Kami ingin memastikan bahwa tidak ada titik pelayanan yang kosong atau tumpang tindih. Semua bergerak sebagai satu tim, satu irama,” ujar Adib.

 

Tahun ini, perhatian khusus juga diberikan kepada jemaah lanjut usia, penyandang disabilitas, dan mereka yang masuk kategori risiko tinggi. Itulah mengapa responsivitas menjadi kata kunci, karena tidak semua persoalan jemaah bisa diselesaikan dengan SOP semata. Kadang, yang dibutuhkan hanya telinga yang mendengar atau tangan yang menuntun.

 

Melayani jemaah haji berarti menjadi bagian dari perjalanan spiritual mereka. Dan seperti halnya jemaah yang membawa harapan dari kampung halaman, para petugas pun membawa niat suci dalam tugas mereka. Tak sedikit yang meneteskan air mata saat melihat jemaah yang harus dipapah, atau saat menyaksikan pelukan terakhir keluarga di pintu keberangkatan.

 

“Kami tidak hanya bekerja. Kami menyaksikan cinta, kesabaran, bahkan pengorbanan. Itu yang membuat tugas ini tidak akan pernah bisa dianggap biasa,” ucap Ratman seorang petugas senior yang sudah setiap tahunnya bertugas sebagai PPIH.

 

Apel kesiapsiagaan ini bukan akhir dari persiapan, melainkan permulaan dari rangkaian panjang pelayanan. Seiring waktu keberangkatan yang semakin dekat, seluruh elemen akan terus dievaluasi dan ditingkatkan. Karena bagi mereka yang bertugas, kesuksesan haji bukan hanya dinilai dari data statistic, tapi dari senyum dan kenyamanan jemaah yang mereka layani.

 

Dan pagi itu, di halaman Asrama Haji Pondok Gede, satu hal menjadi jelas: Petugas PPIH tak hanya bergerak karena jadwal, mereka bergerak karena panggilan jiwa dan keikhlasan melayani tamu Allah.

  • Tags:  

Terkait

Menu Aksesibilitas

Mode Suara

Ukuran Teks

Monokrom

Tandai Tautan

Tebalkan Huruf

Perbesar Kursor