Jakarta (Humas MAN 1) -- Dalam rangka memotivasi para guru untuk menjadi guru yang menyenangkan, MAN 1 Jakarta Barat melaksanakan workshop Gerakan sekolah menyenangkan (GSM). Workshop ini dilaksanakan pada Sabtu (21/09/2024) di aula MAN 1 Jakarta Barat yang diikuti oleh seluruh guru dan tenaga kependidikan MAN 1 baik yang bertugas di kampus A Grogol maupun di kampus B Pulau harapan.
GSM sendiri digagas oleh dua orang dosen UGM Muhammad Nur Rizal dan sang istri Novi Poespita Candra, yang mendapat kesempatan melanjutkan pendidikan magisternya di Monash University Australia pada 2014.
Hari pertama sekolah, mereka mengamati anak-anak tidak mau pulang karena merasa senang dan nyaman di sekolah. Padahal, anak-anak Indonesia tersebut tidak mengerti Bahasa Inggris dan bahasa pengantar di sekolah tersebut. Setelah dicari alasannya, ternyata di sekolah tersebut tidak terdapat kurikulum.
GSM membantu pemerintah membuat model-model Pendidikan seperti yang ada pada sekolah-sekolah luar negeri, dengan tujuan untuk membahagiakan seluruh siswa terutama yang belajar di sekolah-sekolah negeri dan sekolah-sekolah pinggiran agar mereka merasakan sekolah berstandar luar negeri. Hal ini dimaksudkan untuk mengenal dirinya dan menemukan potensi yang ada pada dirinya.
Beban kurikulum Indonesia yang terlalu banyak dan muatan tes yang terlalu sering membuat siswa–siswa Indonesia menjadi tidak Bahagia dan menjadi stress, dimana HDI Indonesia menjadi rendah dan menempati rangking 113 di dunia. Kurangnya dialog dan refleksi dengan siswa membuat siswa kehilangan tempat untuk mengadukan keluh kesahnya. Kasus-kasus bullying dan kekerasan juga salah satu penyebab tidak bahagianya siswa-siswa kita di sekolah.
“Skill yang harus dikuasai pada masa yang akan datang salah satunya adalah problem solving. Karena hari ini anak-anak mencari cara di google bukan mencari jawabannya dengan pendapat sendiri. Dan tidak bisa melakukan problem solving. Tidak mampu menjawab persoalan-persoalan yang dihadapi saat ini. Hari ini banyak lulsan S1 tidak punya pekerjaan karena tidak mampu menjawab persoalan-persoalan yang ada pada dirinya. Social Skill kepekaan dalam memberikan bantuan dan emergency, membangun kesadaran-kesadran tersebut. Process skill sendiri termasuk bagaimana dia mengelola dirinya dan mengarahkan orang lain. “ tutur Isharyadi selaku nara sumber GSM
Praktik yang dilakukan dalam GSM dalam pembelajaran antara lain dengan menggunakan fenomena dan pemberian triger dalam pembelajaran. Pemberian games/ permainan yang dapat menstimulus siswa untuk mencari fenomena-fenomena yang relevan dengan kehidupan nyata mereka sehari-hari. Secrete angel pemberian kotak terima kasih untik siswa-siswa yang paling banyak siswa yang memberikan kebaikan kepada siswa lainnya, dialog dan mengelola emosi serta menunjukkan empati (social emotional learning).
“Sekarang saya semakin paham, mengapa guru harus selalu belajar. Apalagi guru senior seperti saya yang sekarang tantangannya menghadapi gen Z. Harus selalu ada inovasi dan cara untuk menghidupkan kelas, memulai ice breaking terlebih dahulu sebelum belajar atau memasukkan unsur permainan di dalam pembelajaran.” Tambah Lisnuriyah, selaku salah satu guru yang mengikuti workshop tersebut.