Jakarta (Inmas) - Sri Maryati (60) baru saja turun dari Bus Damri yang membawanya dari Bandara Internasional Soekarno Hatta, ketika dia mendengar namanya dipanggil melalui pengeras suara ruang Serba Guna 2 (SG 2) Asrama Haji Pondok Gede. Jumat (8/9) siang itu, Sri bersama 390 jemaah yang tergabung dalam kelompok terbang JKG 03, baru tiba di tanah air setelah melaksanakan ibadah haji.
Begitu mendengar namanya dipanggil, Sri bergegas menuju arah suara. Melihat Sri mendekat, Ketua Rombongan Kloter JKG 03 langsung berseru, “Bu Sri, Bapak sudah di sana ya,” ujarnya sambil menunjuk sudut lain ruangan SG 2.
Di sudut yang ditunjuk tersebut, tampak Sunarko (58), suami Sri Maryati, duduk di atas kursi rodanya sambil menangis setengah meraung didampingi beberapa petugas yang berusaha mencari tau apa penyebab tangisannya. Melihat suaminya, Sri langsung tergopoh setengah berlari menghampirinya.
Pelukan hangat langsung diberikan Sri pada suaminya. Tangis Sunarko makin pecah saat melihat istrinya tersebut. “Sudah sudah gak apa-apa, yang penting kita sudah sampai sini,” ujar Sri menenangkan sambil mengusap air mata sang suami.
“Bapaknya nangis terus sejak di dalam bis tadi,” terang seorang petugas kepada Inmas. Sri bertanya kepada suaminya apa penyebab lelaki itu menangis. Dengan suara cedal, Sunarko menjawab bahwa dirinya sedih karena tidak satu bus dengan Sri saat perjalanan dari Bandara Soekarno Hatta menuju Asrama Haji.
“Bapak tadi haus di bus, dia bingung ngomongnya karena petugas juga gak ngerti Bapak ngomong apa,” terang Sri kepada Inmas. Pria yang dinikahinya 34 tahun silam ini memang sudah beberapa tahun mengidap stroke. Stroke yang diderita Sunarko, membuat kakek dari tiga orang cucu ini lumpuh total. Bahkan untuk berbicara pun sulit. Ini yang membuat Sunarko begitu tergantung dengan orang lain.
Menggunakan bahasa isyarat, Sunarko menunjuk sang istri, “Dia doang ibunya yang sayang saya,”, ujar Sunarko terbata dengan ucapan yang tak terlampau jelas. Sentuhan lembut pun diberikan sang istri dibahu Sunarko, sambil tersipu mengangguk.
Sri mengingat ulang dan bercerita saat-saat melaksanakan ibadah haji. Perempuan yang genap berusia 60 tahun ini bercerita walaupun sang suami lumpuh total, Sunarko tak pernah mengeluh selama ibadah. Umroh wajib pun masih mampu dilakukan Sunarko walaupun dengan bantuan orang.
“Untuk thawaf, sai, saya minta bantuan orang untuk bawa Bapak. Saat lempar jumroh baru di badal,” cerita Sri.
Kondisi Sunarko yang lumpuh total, tidak mengurangi keikhlasan Sri untuk merawat sang suami. Lebih-lebih saat berada di tanah suci. Dirinya sendiri yang mengurus seluruh keperluan suami. Mulai dari memandikan, menyuapi, hingga mendampingi ibadahnya. Sri sadar, bahwa ibadah haji membutuhkan stamina yang baik, oleh karena itu, dia pun sangat memperhatikan asupan makanan bagi sang suami selama di tanah suci.
“Pokoknya saya kasih apa aja untuk Bapak. Mulai dari susu, buah, vitamin, pokoknya biar Bapak tetap sehat,” tuturnya. Dirinya tak merasa terbebani sedikit pun. Menurutnya, hal tersebut sudah menjadi bagian kesehariannya pula di tanah air. Maka dirinya pun amat ikhlas melayani suaminya.
Usaha Sri tak sia-sia. Alhamdulillah Allah izinkan pasangan ini kembali ke tanah air bersama lagi. “Bapak sudah kangen anak-anak juga ini,” tutur ibu dari dua orang anak ini.
“Alhamdulillah kita sudah sampai sini ya Pak,” tutur Sri sambil tersenyum ke arah Sunarko.
Keikhlasan Sri Maryati mendampingi suaminya yang lumpuh total untuk berhaji, patut menjadi teladan bagi kita bersama. Melayani suami sepenuh hati, dalam kondisi dan situasi apa pun.
Semoga Sri Maryati dan Sunarko menjadi haji mabrur, dan Allah selalu limpahkan sakinah, mawadah dan rahmah dalam rumah tangganya. Aamin. /shera/ilm